Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka naik tipis ke level 6.403,41 dari posisi 6.400,05 atau menguat 0,05 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (17/4).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 277,21 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 27 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp219,27 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 98 saham terkoreksi, sebanyak 164 saham menguat dan sebanyak 221 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Berpeluang Menguat, Berikut 4 Saham Rekomendasi yang Patut Dilirik
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi bergerak melemah dalam rentang level 6.322 hingga 6.450.
“Pada perdagangan kemarin, Rabu (16/4) IHSG ditutup turun 0,65 persen atau minus 41,62 poin ke level 6.400. IHSG hari ini (17/4) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.322-6.450,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 17 April 2025.
Ratih melihat penurunan IHSG senada dengan pergerakan bursa di kawasan Asia Pasifik (16/4). Di mana, investor asing tercatat lanjutkan outflow di pasar ekuitas senilai Rp8,21 triliun (all market).
Lalu, sentimen lain yang akan memengaruhi adalah di tengah penurunan harga komoditas mineral dan batu bara (minerba) global, pemerintah menerbitkan peraturan baru terkait penyesuaian skema royalti minerba yang akan berlaku mulai 26 April 2025.
Peraturan tersebut dimuat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2025 untuk sektor batu bara dengan pemegang IUPK dan PP Nomor 19 Tahun 2025 untuk sektor mineral, seperti nikel, emas, perak, besi, timah, dan tembaga.
Segmen batu bara dikenakan tarif berdasarkan kalori dan harga batu bara acuan (HBA). Sementara, tarif royalti segmen mineral akan berlaku progresif sesuai grade dan Harga Mineral Acuan (HMA).
Adapun dari mancanegara, Bursa Wall Street terkoreksi yang dipimpin oleh sektor teknologi. Saham NVDA turun 6,87 persen ke level USD104,49 membebani pergerakan indeks NASDAQ, setelah NVDA menyatakan potensi kerugian USD5,5 miliar pada kuartal I 2025 akibat pembatasan ekspor chip H20 AI ke Tiongkok.
Baca juga: Gurih! Matahari (LPPF) Bagi Dividen Rp300/Saham, Yield Hampir 15 Persen dari Harga Saham Penutupan Hari ini
Selain itu, pelaku pasar juga mencermati sinyal pernyataan Jerome Powell kemarin (16/4) bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga “higher for longer” akibat ketidakpastian tarif Presiden Trump.
Tidak hanya itu, tensi perang tarif masih tinggi, ditandai dengan White House yang kembali menaikkan tarif impor untuk China sebesar 245 persen setelah kenaikan terakhir sebesar 145 persen (16/4).
Sementara itu, Tiongkok melaporkan pertumbuhan ekonomi (PDB) secara tahunan pada kuartal I 2025 sebesar 5,4 persen atau sama dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya, namun lebih tinggi dari proyeksi konsensus sebesar 5,1 persen. (*)
Editor: Galih Pratama