Oleh: Eko B Supriyanto
Jakarta – Hari-hari ini pembicaraan tentang siapa Gubernur BI yang akan habis masa tugasnya pada Mei 2018 ini semakin hangat. Bahkan, waktu melayat almarhum Rachmat Saleh (Gubernur BI 1973-1983) di LPPI banyak mantan petinggi BI dan pejabat BI bertanya kepada penulis. Siapa Calon kuat Gubernur BI?
Minggu lalu InfoBank memaparkan 4 nama yang dikabarkan sudah ada di meja Jokowi. Kabar itu dihembuskan ke wartawan oleh Sofyan Wanandi, staf khusus Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI. Ada yang yakin tapi banyak pula yang meragukan informasi itu. Sejak kapan Sofyan Wanandi mengurus Gubernur BI.”Nanti Sofyan Wanandi dipanggil Luhut B. Panjaitan, calonnya beda lagi,” kata seorang teman yang duduk di Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN).
Nama-nama yang beredar di pasar sebenarnya tidak hanya empat nama ini; Agus D.W Martowardojo, Perry Warjiyo, Chatib Basri dan Bambang Brojonegoro.
Menurut pantauan infoBank di kalangan bankir dan ekonom, ada nama Mirza Adityaswara, Muliaman Hadad, Halim Alamsjah, Wimboh Santoso dan bahkan Sri Mulyani Indrawati. Juga, ada Raden Pardede dan Destry Damayanti yang sekarang menjabat sebagai komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Tulisan ini tidak dalam rangka dukung mendukung, siapa yang cocok jadi Gunernur Bank Indonesia. Tulisan ini hanya memprediksi apakah Joko Widodo akan mengirimkan 4 nama, 3 nama, 2 nama atau hanya 1 nama ke DPR.
Majalah InfoBank sendiri memperkirakan, Presiden Joko Widodo hanya akan mengirimkan satu nama ke DPR. Presiden tidak ingin situasi gaduh di DPR, meski Presiden sudah sangat bisa menjinakan DPR. Ibaratnya sekarang kaki dan tangan serta pikiran DPR “dipegang” oleh Presiden. Hampir semua partai di parlemen dikuasai oleh Jokowi selain Gerindra, PKS dan Demokrat yang tampak abu abu terus. Bahkan, Golkar menyerah tanpa syarat dan tak berbunyi lagi sekarang ini. Mayoritas mendukung Jokowi.
Presiden Jokowi setidaknya akan meniru pencalonan Kapolri dan Pangab dengan hanya mengirimkan satu nama. Diterima atau dikembalikan lagi ke Presiden.
Sejak lima belas tahun terakhir ini, Presiden selalu mengirim satu nama untuk calon Gubernur BI ke DPR. Ketika Boediono, Darmin Nasution dan Agus D. W. Martowardojo dipilih menjadi Gubernur BI, presiden hanya mengirim 1 nama, karena pengalaman sebelumnya yang dikembalikan lagi ke Presiden. Waktu itu DPR susah dikendalikan dengan voting mengembalikan dua nama yang diajukan oleh Presiden SBY. Lalu, muncullah tradisi baru dengan mengirim satu nama seperti tradisi pemilihan Pangab dan Kapolri di DPR.
Menurut pendapat beberapa ekonom dan bankir yang direkam InfoBank, Bank Indonesia sekarang ini punya organisasi yang makin solid. Jangan bandingkan dengan organisasi OJK yang baru berumur 6 tahun. Bahkan, ada yang menyebut OJK sekarang seperti “underbow” BI. Itu hanya karena beberapa komisionernya bekas bawahan Deputy Gubernur BI dan Gubernur BI sehingga aura BI lebih kuat dari OJK yang sejujurnya menjadi lembaga super body.
Penilaian publik itu, InfoBank tegaskan, tentu tidak benar, karena OJK lembaga independen dan BI juga independen. Lembaga OJK sebagai pengawas perbankan dan IKNB selaku mikroprudential dan BI selaku makroprudential.
Harus diakui, secara umum, kinerja BI relatif sangat bagus, mampu mengendalikan inflasi dan mempunyai cadangan devisa yang lebih dari cukup. Nilai tukar tidak bergejolak dengan suku bunga rendah stabil. Tidak ada masalah besar dalam sistem pembayaran.
Pendek kata, kinerja BI relatif sesuai yang diamanatkan dalam UU Bank Indonesia. Tidak ada gejolak moneter yang berarti selama lima tahun terakhir ini.
Nama Agus D.W. Martowardojo dan Perry Warjio yang selama lima tahun terakhir ini menjadi satu team, jika memgambil empat nama yang sudah beredar ke publik. Tapi, jika mengambil nama-nama yang dibicarakan di pasar ada Mirza Adityaswara yang juga menjadi tim BI selaku Deputy Senior BI selama lima tahun terkahir ini. Mereka secara tim menjadikan BI seperti sekarang ini, berkinerja relatif sangat baik. Ada pengakuan dari dalam dan luar negeri. Media menulis banyak prestasi BI ketika Agus D.W. Martowardojo, Perry Warjiyo dan Mirza Adityaswara dan tentu ada Erwin Rijanto, Sugeng dan Rosmaya Hadi.
Meski BI berkinerja sangat baik, tapi Perry Warjiyo sendiri tidak diajukan lagi sebagai calon Deputy Gubernur BI untuk masa kedua. Padahal, Perry Warjio dinilai berhasil di bidang moneter. Apakah ini juga tanda tanda Perry akan diajukan menjadi calon Gubernur Bank Indonesia? Hanya Jokowi sendiiri yang tahu.
Hal yang sama Agus Marto yang memimpin BI selama lima tahun dengan sangat baik. Reputasi BI makin kuat dengan pencapaian yang juga dinilai berhasil, sehingga mendapat banyak apresiasi dari luar, seperti sebagai The Central Bank of The Year, berhasil membangun BI dengan kinerja yang baik dan organisasi yang makin solid.
Apakah Presiden akan mengirim 2 nama itu, Agus D.W. Martowardojo dan Perry Warjiyo? Atau, akan memilih salah satu diantara dua nama itu? Atau, tidak dua nama itu? Atau, Bambang Brojonegoro yang sudah setahun terakhir nama itu dihembuskan oleh DPR. Atau, plus Mirza Adityaswara? Semua tergantung Presiden.
Majalah InfoBank memperkirakan Jokowi akan mengirim satu nama ke DPR. Semua ini akan dilakukan selain sudah menjadi kebiasaan BI, juga menghindari kegaduhan dan pasar gelap di DPR dan Pemerintah sendiri serta dunia perbankan.
Terlepas dari siapa calon Gubernur BI, yang pasti BI harus tetap independen. Dan, independen BI bukan “negara dalam negara”, tapi independen dalam mengambil kebijakan. Tidak bisa diintervensi pemerintah, tapi independen dalam memutuskan kebijakan -meski tetap harus sesuai dengan arah pembangunan ekonomi yang berkeadilan- dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Siapa Gubernur BI periode 2018-2023? Siapa pun Gubernur BI, tantangan ke depan tidak mudah dengan adanya disruption dan financial technology (fintech) serta cryptocurrency semacam bitcoin dan mata uang maya dengan kehadiran generasi milenial. Indonesia sepebagai episentrum emerging market tentu membutuhkan perhatian khusus, terutama nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, Jokowi pun dapat memilih dengan benar, jangan titipan partai pendukung yang kapasitasnya diragukan pasar. Karena terlalu mahal ongkoskan bagi rakyat Indonesia jika salah mencalonkan. Lebih baik salah memilih wakil rakyat atau Menteri dari pada salah memilih Gubernur BI, demikian yang sering kita dengar.
Untuk itu, Presiden Jokowi diperkirakan hanya akan mengantong satu nama calon Gubernur Bank Indonesia ke DPR yang sudah takluk oleh Presiden. Jadi diperkirakan mulus jalannya dalam menentukan siapa Gubernur BI periode 2018-2023.(*)
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Majalah Infobank.