Jakarta – Pertumbuhan Buy Now Pay Later (BNPL) sangat luar biasa. Dalam 2-3 tahun terakhir, persebaran total fasilitas dan debitur BNPL sudah berada di angka Rp80 miliar dengan total debitur 10 juta orang. Ini artinya di waktu singkat, pertumbuhan BNPL dari sisi fasilitas kredit mengalahkan produk bank dan multifinance, seperti KTA, KPR, CC/kartu kredit, KKB Motor dan KKB Mobil.
Hal ini diungkapkan oleh Yohanes Arts Abimanyu, Direktur Utama IdScore (PEFINDO Biro Kredit), di Jakarta, Kamis, 29 September 2022. Abi menjelaskan, jika melihat trend pinjaman kredit berdasarkan jenis debitur, trend pinjaman individu-yang didominasi oleh faktor BNPL, meningkat sangat signifikan dibandingkan pinjaman perusahaan.
Kendati demikian, sebagaimana lembaga keuangan yang menyalurkan kredit, semakin tinggi tingkat pertumbuhan kredit, risiko kredit macet juga semakin besar. Menurut data yang dimilikinya, BNPL mencatat Non Performing Loan (NPL) tertinggi berada di kisaran 6,49%. Diikuti KKB Motor (3,30%), CC/kartu kredit, KTA, dan KPR (3,28%) dan KKB Mobil (1,96%).
“Secara linier tingkat pertumbuhan BNPL cepat, tapi NPL juga tinggi. Ini menunjukkan kedepan, perlu ditingkatkan lagi kehati-hatian dari para penyelenggara BNPL. Pengelolaan risiko harus diperhatikan, kita memberikan kredit, tapi kita harus aware terhadap risiko yang mugkin timbul,” kata Abi, dalam paparannya, Kamis, 29 September 2022.
Abi menambahkan, berdasarkan data yang dimiliki IdScore, jika melihat profil debitur di Indonesia dari sisi risikonya, terdapat tren peningkatan sebaran risk grade high dan very high risk selama Agustus 2021 hingga Maret 2022 yang disebabkan oleh pertumbuhan jumlah fasilitas BNPL. Pada Maret 2022, risk grade high mencapai angka tertingginya sebesar 59,1%. Namun, terdapat perbaikan risk grade dari April 2022 hingga Juni 2022 dengan penurunan high risk yang disebabkan perbaikan risiko debitur untuk seluruh Lembaga Jasa Keuangan meskipun terdapat indikasi kenaikan pada bulan Juli 2022.
“Saat pandemi masyarakat masih terkendala mengembalikan pinjaman, tapi dalam beberapa bulan terakhir, masyarakat sudah mulai membayar hutang dengan baik dan mungkin restrunya sudah mulai berkurang,” tambahnya.
Secara umum, persebaran kredit di Indonesia masih fokus di pulau Jawa, yakni Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Sedangkan, di luar pulau Jawa terdapat di Sulawesi Selatan. Daerah-daerah ini menjadi fokus persebaran kredit di Indonesia. “Ini menjadi tantangan, bagaimana lembaga keuangan bisa menjangkau seluruh daerah di Indonesia. Harapannya melalui digitalisasi,” pungkasnya. (*) Ayu Utami