Poin Penting
- Vanguard Group membidik saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) melalui proxy mitra Jepang,
- Target valuasi fantastis hingga USD100 miliar atau sekitar Rp230.000 per saham
- Kebijakan pemerintah baru yang akan mengalirkan Rp200 triliun dana ke sektor riil dinilai menjadi katalis besar, khususnya bagi sektor properti.
Jakarta – The Vanguard Group, manajer investasi raksasa asal Amerika Serikat yang mengelola dana nomor dua terbesar di dunia disebut tengah membidik saham PT Doamond Citra Propertindo Tbk (DADA).
Namun, Vanguard tidak bergerak langsung. Mereka dikenal piawai menggunakan “proxy” atau mitra regionalnya. Kali ini, dua raksasa properti TBK asal Jepang diduga menjadi pintu masuk Vanguard untuk menanamkan modal raksasanya ke Indonesia.
Analis Pasar Modal Rendy Yefta menyampaikan, Vanguard bukan sekadar investor biasa. Mereka memiliki tim analis global yang mampu membaca arah kebijakan ekonomi suatu negara. Dengan “radar”-nya yang canggih, Vanguard melihat peluang besar di Indonesia.
Pasalnya, kata Rendy, pemerintahan baru segera meluncurkan kebijakan bagus, yaitu menggelontorkan Rp200 triliun dana yang sebelumnya mengendap di Bank Indonesia ke sektor riil melalui bank-bank pemerintah.
Baca juga: Dana Asing Kabur Rp879,13 Miliar, Saham ANTM, BBRI hingga BBCA Paling Banyak Dilego
“Likuiditas besar ini otomatis akan mengalir deras ke sektor properti, memicu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi domestik,” kata Rendy dalam keterangan tertulisnya dikutip 27 September 2025.
Demikian juga dengan target Vanguard yang bukan main-main. Rumor menyebutkan bahwa mereka mengincar valuasi hingga USD100 miliar untuk DADA.
“Dengan jumlah saham beredar 7,4 miliar lembar, maka market cap USD 100 miliar ÷ 7,4 miliar lembar, sehingga valuasinya adalah USD 13,5 per lembar. Jika dikonversi ke rupiah, inilah yang menghasilkan angka Rp230.000 per lembar saham DADA,” kata Rendy.
Namun, perjalanan menuju Rp230.000 tidak akan mulus. Investor harus siap menghadapi kenaikan ekstrem yang berujung suspend bursa 1–3 kali; status Full Call Auction (FCA) yang akan menguji kesabaran investor; serta koreksi tajam yang seringkali membuat ritel panik dan menjual terlalu cepat.
“Padahal, kuncinya sederhana: sabar. Saham ini butuh waktu, ibarat lari marathon, bukan sprint. Yang kuat menahan ujian mental akan jadi pemenang besar di akhir perjalanan,” tambah Rendy.
Jika diamati, lanjut Rendy, skenario besar ini sudah mulai berjalan. Pengendali perlahan “dipaksa” melepas saham agar free float semakin besar.
Kemudian, adanya pembagian dividen mulai dipersiapkan, sehingga menarik institusi global. Selain itu, RUPS strategis diarahkan untuk melepas DADA dari status FCA.
Baca juga: Simak! BNI Sekuritas Beberkan Strategi Investasi Saat Pasar Saham Tertekan
Setelah terlepas dari status FCA, saham DADA akan semakin ramai di perdagangkan. Menurut Rendy, hal ini akan menjadi katalis positif bagi para pelaku pasar saham.
Menurutnya, saham DADA menuju Rp230.000 bukan hal mustahil. Dengan kebijakan pemerintah baru yang radikal, aliran dana asing melalui proxy Jepang, dan strategi akumulasi Vanguard, skenario ini bisa menjadi kenyataan.
“Bagi pemegang saham DADA agar jangan tergoda menjual hanya karena koreksi kecil, tidak panik saat suspend, dan kesabaran,” pesan Rendy. (*)









