Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) perbankan secara nasional sebesar USD33,94 miliar hingga Mei 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD34,22 miliar.
Berdasarkan buku Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Juli 2025, ULN bank terbesar berasal dari bank swasta nasional mencapai USD20,88 miliar atau senilai Rp339,92 triliun (asumsi kurs Rp16.280/USD). Kemudian, ULN bank pelat merah atau BUMN dengan total USD7,14 miliar atau sekitar Rp116,23 triliun.
Lalu, bank swasta asing memiliki utang valas senilai USD317 juta atau sekitar Rp5,16 triliun, serta bank swasta campuran mencatatkan ULN senilai USD5,59 miliar atau setara Rp91,00 triliun.
Baca juga: Naik Lagi, Utang Luar Negeri RI Kini Tembus Rp7.075 Triliun di Mei 2025
Sementara, untuk ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Pada Mei 2025, posisi ULN swasta tercatat sebesar USD196,4 miliar, atau mengalami kontraksi 0,9 persen secara tahunan (year on year/yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya yang sebesar 0,4 persen yoy.
“Perkembangan tersebut bersumber dari ULN lembaga keuangan yang mencatat perlambatan pertumbuhan dari bulan sebelumnya sebesar 2,8 persen menjadi 1,2 persen pada Mei 2025, dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporation) yang mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 1,4 persen yoy, lebih besar dibandingkan kontraksi 1,2 persen yoy pada April 2025,” kata Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi BI dikutip, Selasa 15 Juli 2025.
Seperti diketahui, BI memberikan restu kepada industri perbankan untuk mendapatkan sumber pendanaan dari ULN, seiring dengan keterbatasan sumber dana dari domestik.
Kebijakan yang diambil oleh BI adalah meningkatkan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dari maksimum 30 persen menjadi 35 persen dari modal bank yang efektif pada 1 Juni 2025. (*)
Editor: Galih Pratama









