Osaka– Kontribusi unit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia dalam perekonomian Indonesia bisa ditingkatkan. Untuk mengembangkan UMKM lebih masif lagi, maka kualitas SDM harus terus ditingkatkan, dukungan pembiayaan, dan perluasan akses pasar. “Dukungan pembiayaan bisa lebih meningkat dengan adanya sistem penjaminan dari perusahaan penjaminan terhadap kredit UMKM oleh lembaga perbankan,” ujar Diding S Anwar, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penjaminan (Asippindo) ketika dihubungi kepada Infobank, 28 Oktober 2015.
Sementara dari sisi SDM, UMKM Indonesia sebetulnya memiliki keunikan dan pengalaman yang baik menghadapi krisis. Hal ini pun diakui R. Sophia Alizsa, Direktur SDM dan Umum Jamkrindo. “Problem UMKM bukan hanya faktor SDM, karena faktanya UMKM itu lebih fleksibel dan bisa bertahan di saat krisis,” ujarnya Sophia yang sebelumnya adalah bankir BRI kepada Infobank di Osaka, Jepang, 29 Oktober 2015. Untuk itu, UMKM Indonesia harus di-support terutama dari sisi pembiayaan dan akses pasar.
Sophia mencontohkan UMKM di Jepang yang terus dikembangkan kapasitas usahanya dengan dukungan pemerintah. Kredit UMKM, termasuk di saat krisis, terus mengalir untuk mendukung pergerakan UMKM dengan sistem penjaminan yang melibatkan peran Japan Finance Corporation (JFC), dan anggota-anggota Japan Federation Guarantee.
“Pemberian kredit kepada UKM bunganya rendah tapi biayanya tinggi, sehingga skema penjaminan dari credit guarantee corporation dan JFC bisa mendorong bank untuk tetap mau menyalurkan kredit ke UKM,” ujar Nishida Mitsuhiro, Senior Deputy Director SME Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang kepada Infobank di Osaka, Jepang 27 Oktober 2015.
Pemberian kredit bisa mendukung peningkatan skala usaha dan kapasitas UKM sehingga memiliki kemampuan untuk menjual produk-produknya ke perusahaan besar. Apabila sudah memiliki kapasitas yang signifikan, maka UMKM di Indonesia juga perlu dibantu untuk menembus pasar, seperti UMKM di Jepang yang mampu men-supply produk-produknya ke perusahaan-perusahaan besar. “Jadi problem UMKM di Indonesia bukan hanya di faktor SDM, karena sudah ada upaya-upaya edukasi dan pembinaan oleh lembaga perbankan termasuk program literasi keuangan dari Otoritas Jasa keuangan. Tapi kemampuan dari sisi permodalan, marketing dan akses pasar sangat penting untuk ditingkatkan,” ujar Sophia.
Oleh karena itu, perkembangan UMKM di Indonesia ke depan membutuhkan dukungan dari pemerintah untuk mendorong perkembangan UMKM baik sisi pembinaan pengelolaan, pembiayaan dan penjaminan kredit serta akses pasar. “Kita bisa mencontoh bagaimana Jepang mengembangkan UMKM-nya sehingga mereka bisa men-support industri besarnya,” ujar Shopia. (*) Karnoto Mohamad