Jakarta – Ketatnya persaingan pasar ritel menuntut pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memperluas jejaring, berkolaborasi dan mencari mitra strategis. Dengan begitu, UMKM bisa masuk ke ritel modern dan membuka pasar yang lebih luas.
Hal itu diungkapkan FX. Yudi Hartanto, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jawa Barat sekaligus Head of Administrator BORMA Group, dalam Kelas IV UMKM Hari Ritel Nasional 2025 dari Aprindo, di Alfa Tower, Alam Sutera, Tangerang, beberapa hari lalu.
Yudi mengatakan, kemitraan lokal menjadi pintu masuk nyata bagi UMKM untuk naik kelas. Kerja sama dengan ritel modern, koperasi, maupun komunitas bisnis setempat akan memberi UMKM ruang untuk memperluas distribusi, dan meningkatkan kepercayaan konsumen.
“UMKM tidak bisa lagi berjalan sendiri, tapi harus menjadi bagian dari ekosistem bisnis yang saling mendukung. Dengan cara itu, UMKM tidak hanya bertahan, tapi juga bisa tumbuh bersama,” ujarnya dikutip dalam keterangan resmi, Jumat, 12 September 2025.
Baca juga: Tren Kredit UMKM Melambat, OJK Beberkan Penyebabnya
Menurut Yudi, sebenarnya banyak produk UMKM yang memiliki potensi besar, tapi terkendala akses pasar. Melalui pola kemitraan, produk lokal bisa masuk ke rak toko modern atau dipromosikan dalam kegiatan bersama, sehingga memperkuat branding sekaligus meningkatkan daya saing.
Ia mencontohkan pengalaman BORMA Group yang membuka ruang bagi UMKM Jawa Barat untuk masuk ke jaringan mereka. Langkah ini terbukti mampu mendongkrak penjualan sekaligus mengangkat citra produk lokal.
Sementara, Lelly Christin, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Bunda Mulia, yang juga menjadi pembicara menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan dalam strategi UMKM. Inovasi berkelanjutan tidak hanya terletak pada produk, tapi juga model bisnis, pemasaran, hingga pengemasan produk yang ramah lingkungan.
“UMKM kuat bukan hanya karena produknya, tapi juga karena strategi yang dijalankan dan inovasi yang konsisten. Pelaku usaha harus mampu membaca peluang, mengelola sumber daya, dan membangun diferensiasi agar tetap relevan di pasar,” papar Lelly.
Adapun Irwan S. Widjaja, Ketua Bidang UMKM Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI), menyoroti pentingnya kurasi produk UMKM agar bisa masuk ke pasar ritel modern.
Kurasi bukan sekadar proses seleksi, tapi juga bentuk pendampingan untuk memastikan produk memiliki kualitas, legalitas, dan kelengkapan standar yang diakui konsumen maupun retailer. Kurasi menjadi filter yang membantu UMKM menampilkan produk yang relevan, berkualitas, dan siap bersaing.
“Faktor seperti legalitas usaha, sertifikasi halal, izin edar BPOM, hingga kelengkapan informasi pada label kemasan merupakan syarat mutlak yang perlu diperhatikan. Tanpa itu, produk UMKM akan sulit menembus pasar modern maupun global,” kata Irwan.
Kelas UMKM seri IV ini diikuti ratusan pelaku UMKM dari berbagai daerah di Indonesia melalui platform daring. Antusiasme peserta terlihat dalam sesi tanya jawab, terutama terkait strategi pemasaran digital, peluang kolaborasi dengan ritel, hingga kesiapan produk dalam proses kurasi.
Baca juga: Anti Boros! UMKM Kini Bisa Urus Perjalanan Bisnis Lewat Platform Bliink
Sejak dimulainya rangkaian Kelas Online UMKM Hari Ritel Nasional 2025 pada Juli lalu hingga seri IV ini, tercatat sudah ribuan pelaku UMKM dari 34 provinsi yang telah berpartisipasi aktif.
Ketua Panitia HRN 2025 APRINDO, Hans Harischandra Tanuraharjo, menyampaikan bahwa program kelas UMKM ini merupakan bagian dari komitmen APRINDO untuk mendorong UMKM naik kelas dan semakin kompetitif.
“Hari Ritel Nasional bukan hanya perayaan ritel modern, tetapi juga wadah kolaborasi dengan UMKM. Melalui kelas ini, kami ingin memberikan bekal pengetahuan dan strategi yang aplikatif agar UMKM dapat menembus pasar ritel dan bersaing secara berkelanjutan,” tutupnya. (*) Ari Astriawan










