Jakarta – PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI mencatatkan perolehan laba bersih BNI secara konsolidasi hingga semester I 2024 mencapai Rp10,7 triliun. Raihan laba bersih ini tumbuh sebesar 3,8 persen secara tahunan (yoy).
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan pencapaian laba yang baik ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal II 2024, sehingga BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit per Juni 2024 sebesar 11,7 persen yoy menjadi Rp727 triliun, meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit di kuartal I 2024 yang sebesar 9,6 persen yoy.
“Pertumbuhan kredit ini dihasilkan dari ekspansi yang prudent di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan BUMN, kredit consumer, dan perusahaan anak,” jelas Royke dalam Konferensi Pers Kinerja BNI Semester I 2024, Kamis, 22 Agustus 2024.
Adapun penyaluran kredit atau loan disbursement BNI (bank only) selama semester I 2024 mencapai Rp171 triliun, meningkat 48 persen dibandingkan semester I 2023. Kredit ini utamanya disalurkan pada korporasi blue chip swasta dan BUMN.
Tiga sektor ekonomi dengan penyaluran kredit terbesar adalah perdagangan, energi, dan manufaktur. Namun, secara umum BNI masih melihat loan demand yang cukup baik di seluruh sektor ekonomi.
Baca juga: Semester I 2024, Laba JP Morgan Chase Bank Susut 35,98 Persen jadi Rp167,31 Miliar
“Ekspansi kredit kami fokuskan pada debitur top tier di masing-masing industri dan regional yang diikuti optimalisasi bisnis dari ekosistem debitur, sehingga mendorong pertumbuhan kredit di segmen lainnya, seperti consumer yang tumbuh hingga 15,1 persen yoy,” ujar Royke.
Kemudian, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI di semester I 2024 tercatat tumbuh 1 persen yoy. Ini didukung oleh pertumbuhan tabungan sebesar 4,3 persen yoy dan giro 1,1 persen yoy. Sementara, deposito terkoreksi 2,6 persen yoy.
“Hal ini mendorong rasio CASA (Current Account Saving Account) terhadap DPK naik menjadi 70,7 persen dibandingkan setahun sebelumnya sebesar 69,6 persen,” imbuhnya.
Royke menambahkan, upaya tersebut menghasilkan efisiensi Cost of Fund (CoF). Hingga kuartal II 2024, CoF menjadi 2,72 persen, membaik 7 bps dibandingkan kuartal sebelumnya.
Ekspansi bisnis yang terakselerasi dan efisiensi dari sisi CoF yang terjadi di kuartal II 2024 menghasilkan pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang meningkat 3,1 persen dari kuartal sebelumnya.
“Kinerja top line juga didukung oleh pertumbuhan Fee Based Income (FBI) yang baik mencapai 11,9 persen yoy, didorong oleh pertumbuhan fee dari banking activities dan transaksi digital,” paparnya.
Sebagai dampak dari akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR). Rasio NPL BNI per Juni 2024 tercatat berada di level 2 persen, membaik jika dibandingkan Juni tahun lalu yang sebesar 2,5 persen.
Sementara itu, LaR yang mencakup NPL, kredit pada kolektibilitas 2, dan kredit kolektibilitas lancar yang sedang direstrukturisasi tercatat sebesar 12,3 persen, membaik dibandingkan Juni tahun lalu sebesar 16,1 persen.
Baca juga: Joss! Laba Bank Ganesha Terbang 94 Persen di Semester I 2024
“Meskipun indikator kualitas aset menunjukkan perbaikan yang kuat, kami terus mengimbanginya dengan penyediaan pencadangan pada level yang cukup untuk mengantisipasi risiko ketidakpastian di masa mendatang,” tukasnya.
Rasio pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap total kredit atau credit cost hingga semester I 2024 sebesar 1 persen, menurun 40 bps dibandingkan credit cost yang dibentuk pada semester I tahun lalu sebesar 1,4 persen. (*)
Editor: Galih Pratama