Tujuh Indikator Pertumbuhan Ekonomi 2016

Tujuh Indikator Pertumbuhan Ekonomi 2016

Pertumbuhan hanya akan bersumber dari belanja Pemerintah karena konsumsi rumah tangga diperkirakan  serta ekspor yang melemah. Ria Martati.

Jakarta– Menteri Keuangan Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan tahun depan, kunci pertumbuhan ekonomi 2016 masih berasal dari belanja Pemerintah.

“Pertumbuhan di 2015-2016 akan bergantung pada belanja pemerintah, terutama goverment spending yaitu belanja modal dan infrastruktur jadi penting, hanya dengan itu pertumbuhan didorong, kalau ekspor hilang karena harga komoditi rendah, investasi turun mau gak mau dari belanja pemerintah,” kata dia dalam acara Infobank Award Jumat 14 Agustus 2015.

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi dalam asumsi makro dalam Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 dipatok 5,5%.

Selain itu, berdasarkan  World  Economic  Outlook  Juli 2015 yang dikeluarkan IMF, perekonomian global tahun 2015 diperkirakan tumbuh 3,3 persen, sedikit lebih rendah dari tahun 2014. Pertumbuhan tersebut  lebih  ditopang  oleh  perbaikan  kinerja  perekonomian  negara  maju,  sedangkan perekonomian negara berkembang masih mengalami perlambatan.

Perbaikan  kinerja  negara maju tersebut,  antara  lain,  ditopang  oleh  kebijakan  dalam memicu  konsumsi dan investasi di Amerika Serikat, perbaikan ekonomi di Eropa yang ditandai dengan perbaikan di sisi permintaan domestik  dan  inflasi  yang  mulai  terjadi,  serta  perbaikan  dalam  investasi  yang  menopang pertumbuhan di Jepang.

Sementara itu, perekonomian negara berkembang diperkirakan melambat dari 4,6%di tahun 2014 menjadi 4,2% di tahun 2015. Perlambatan ekonomi ini  sebagai  dampak dari lebih  rendahnya harga komoditas dan kondisi keuangan eksternal yang mengalami  pengetatan.

Di tahun  2016,  pertumbuhan ekonomi dunia  diperkirakan menguat menjadi  3,8%,  sedangkan  pertumbuhan  ekonomi  di  negara  berkembang  diharapkan meningkat menjadi  4,7%. Peningkatan ini bergantung  dari perbaikan kondisi ekonomi di sejumlah negara yang tengah mengalami krisis, termasuk Rusia, beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara.

Kinerja perekonomian dunia tersebut diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di tahun 2016, termasuk Indonesia. Asumsi  dasar  ekonomi  makro  yang  digunakan  sebagai  dasar  penyusunan  RAPBN  tahun 2016,  terdiri atas  tujuh  indikator utama, yaitu: (1) pertumbuhan ekonomi sebesar  5,5 %;  (2)  inflasi  sebesar  4,7 %;  (3)  nilai  tukar  rupiah  terhadap  dolar  Amerika  Serikat  sebesar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat; (4) suku bunga SPN 3 bulan sebesar 5,5 persen; (5) harga minyak mentah Indonesia (Indonesia’s Crude Price/ICP) sebesar 60 per dolar Amerika Serikat;  (6)  lifting  minyak  Indonesia  sebesar  830  ribu  barel  per  hari;  dan  (7)  lifting  gas sebesar 1.155 ribu barel setara minyak  per hari.

Penyusunan asumsi dasar ekonomi makro  tersebut mengacu  pada  sasaran-sasaran  pembangunan   jangka menengah  yang terdapat  pada  RPJMN 2015-2019,  sasaran-sasaran  tahunan dalam RKP tahun 2016,  dan perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Related Posts

News Update

Top News