Tren Positif IHSG Diproyeksi Berlanjut, Ini Pendorongnya

Tren Positif IHSG Diproyeksi Berlanjut, Ini Pendorongnya

Poin Penting

  • IHSG berpeluang lanjut positif, didorong ekspektasi penurunan suku bunga acuan BI yang masih terbuka setelah BI menahan BI Rate di level 4,75 persen.
  • Transmisi moneter belum optimal, karena meski BI sudah menurunkan suku bunga 150 bps sejak September 2024, suku bunga simpanan dan kredit baru turun masing-masing 36 bps dan 25 bps.
  • BI dorong efektivitas kebijakan moneter lewat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) baru yang menilai komitmen pertumbuhan kredit dan kecepatan penurunan bunga kredit ke depan.

Jakarta – Head of Research and Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpeluang melanjutkan tren positif.

Rully bilang tren positif tersebut didorong oleh masih terbukanya penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate. Adapun pada periode Oktober, BI Rate ditahan pada level 4,75 persen.

“Ke depan kami masih melihat adanya peluang berlanjutnya tren positif di pasar saham Indonesia seiring masih terbukanya kemungkinan penurunan suku bunga ke depan,” ucap Rully dalam risetnya di Jakarta, 23 Oktober 2025.

Baca juga: Bukalapak Mau Buyback Saham Lagi, Segini Nilainya

Menurutnya, keputusan BI menahan suku bunga acuan tidak sejalan dengan konsensus, namun sesuai dengan prediksi Mirae Asset. Konsensus memperkirakan BI bakal memangkas BI rate sebanyak 25 basis poin (bps).

Menurut Rully, BI telah menurunkan suku bunga 150 bps dari September 2024 – September 2025. Namun, penurunan BI rate ini belum direspons secara optimal dengan penurunan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit.

“BI yang telah menurunkan suku bunga 150 bps, tapi suku bunga simpanan dan kredit, masing-masing baru turun sebanyak 36 bps dan 25 bps. Yang paling penting saat ini adalah respons perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga transmisi kebijakan moneter dapat berjalan lebih optimal dan lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan sektor riil,” imbuhnya.

Hal penting lainnya adalah mengoptimalkan transmisi moneter supaya dapat mendorong sektor riil. BI mengeluarkan insentif baru, yakni Kebijakan Insentif Likuiditas Macroprudensial (KLM) yang berbasis kinerja dan berorientasi ke depan. 

Baca juga: Saham Big Banks Kompak Loyo Usai BI Umumkan Tahan Suku Bunga Acuan

KLM ini merupakan penyempurnaan dan penguatan dari versi sebelumnya, yang hanya menilai realisasi kredit historis. Sementara KLM yang baru akan menilai komitmen pertumbuhan kredit ke depan serta kecepatan penurunan suku bunga kredit oleh bank. 

“Dengan demikian, bank tidak hanya dinilai dari hasil masa lalu, tetapi juga dari performance projection dan policy response time,” tutup Rully. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62