Tren IPO di Semester I 2024 Menurun, BEI Beberkan Penyebabnya

Tren IPO di Semester I 2024 Menurun, BEI Beberkan Penyebabnya

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan saat ini jumlah penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) dan nilai dana yang dihimpun IPO di dunia tengah mengalami tren penurunan masing-masing sebanyak 12 persen dan 16 persen di semester I 2024. Data tersebut berdasarkan Ernst and Young (EY).

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menuturkan penurunan nilai dan jumlah IPO tersebut terjadi khususnya pada wilayah Asia Pasifik atau negara-negara berkembang, di mana nilai penghimpunan dana IPO di Asia Pasifik turun 73 persen yoy.

“Melemahnya sentimen pasar IPO tersebut dapat disebabkan oleh bauran dari beberapa faktor berikut, yakni adanya kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan turunnya likuiditas di pasar keuangan global,” ucap Jeffrey dalam keterangannya dikutip, 11 Juli 2024.

Baca juga: Usai IPO, Harga Saham LABS Meroket 34,31 Persen

Selain itu, faktor lain yang menyebabkan turunnya tren IPO adalah adanya periode pemilihan umum (pemilu) di lebih dari 60 negara yang memicu para investor untuk wait and see.

“Lalu, pelemahan ekonomi wilayah, termasuk China dan Hong Kong dan risiko geopolitik yang mempengaruhi kenaikan volatilitas ekonomi dunia. Kita tentu berharap kondisi akan membaik di semester II,” imbuhnya.

Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per 28 Juni 2024 penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp120,00 triliun, dengan 25 emiten baru. Namun, angka tersebut masih cukup jauh dari target tahun ini yang sebesar Rp200 triliun.

Meski begitu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, optimis target tersebut masih akan tercapai hingga akhir tahun 2024.

“Kami optimis target penghimpunan dana di Pasar Modal pada tahun ini akan tercapai target Rp200 triliun,” ujar Inarno dalam kesempatan terpisah.

Baca juga: BEI Catat 24 Emiten Antre IPO, 6 di Antaranya Beraset Jumbo

Sebagai informasi, berdasarkan data penawaran umum pada tahun ini nilai penawaran umum didominasi oleh penerbitan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) yang mencapai nilai Rp80,13 triliun atau 66,78 persen dari total penawaran umum, diikuti penawaran umum terbatas (PUT) sebesar Rp36,30 triliun atau 30,25 persen, dan selanjutnya IPO saham sebesar Rp3,56 triliun setara 2,97 persen.

Sementara, berdasarkan data historis lima tahun terakhir, dari sisi jumlah penawaran umum, penerbitan EBUS merupakan yang tertinggi dengan jumlah 84 penawaran umum, untuk penerbitan IPO saham sebanyak 25 perusahaan menempati posisi ketiga, dan untuk PUT dengan jumlah 11 merupakan yang tertinggi keempat. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News