Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah mencatatkan total asetnya tembus Rp306,4 triliun hingga akhir 2018. Angka tersebut meningkat 17,24 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp261,4 triliun.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, total aset tersebut ditopang oleh penyaluran kredit di sepanjang 2018 yang mencapai Rp237,8 triliun, meningkat 19,48 persen bila dibanding dengan akhir tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp198,9 triliun. Pertumbuhan kredit itu jauh diatas rata-rata industri sebesar 11,75 persen.
“Kami telah menjalankan bisnis secara on the track dan prudent. Pemberian kredit kepada masyarakat tumbuh. Melesatnya kredit Bank BTN didorong oleh Program Satu Juta Rumah yang berhasil mendongkrak kinerja kredit perumahan,” ujar Maryono dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis, 28 Maret 2019.
Menurut Maryono, persertoan telah memiliki profile bisnis yang jelas, di mana sebesar 80 persen portfolio kredit BTN merupakan kredit konsumer dengan profile 90 persen merupakan kredit perumahan (KPR) yang menjadi core business perseroan sejak tahun 1974.
Porsi KPR ini terbagi 56 persen merupakan KPR subsidi dan sisanya 44 persen adalah KPR Non Subsidi. Sementara untuk bersaing dengan pasar, 20 persen sisanya dialokasikan untuk kredit komersial.
Kinerja kredit BTN tersebut mendorong perseroan menjadi pemimpin pasar di segmen KPR dengan menguasai 39,35 persen pangsa pasar KPR di Indonesia, naik dari tahun sebelumnya yang tercatat 37 persen. “Bank BTN tetap menjadi pemimpin pasar KPR dengan pangsa pasar lebih baik dari tahun sebelumnya,” ucapnya.
Adapun dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) perseroan di sepanjang 2018 tercatat sebesar Rp230,3 triliun, atau mengalami pertumbuhan sebesar 19,34 persen bola dibandingkan perolehan DPK tahun 2017. Pertumbuhan ini jauh diatas rata-rata industri yang berada di kisaran 6,45 persen.
Pertumbuhan DPK ini memperkuat likuiditas Bank BTN. Tercatat Liquidity Coverage Ratio Bank BTN sebesar 108,99 persen di atas ambang batas yang disyaratkan Bank Indonesia (BI). “Kami bersyukur telah melalui sejumlah tantangan yang menghadang selama tahun 2018. BTN dapat melaluinya dengan baik,” paparnya.
Disamping itu, persiapan penerapan PSAK 71 yang akan dimulai pada awal tahun 2020, bank lebih awal mencadangkan CKPN dalam jumlah yang cukup besar. Dengan kondisi ekonomi 2018 dan antisipasi penerapan PSAK 71 serta dalam rangka menjalankan prinsip kehati-hatian usaha, BTN mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun.
Perolehan laba ini telah memperhitungkan kesiapan perseroan dalam penerapan PSAK 71. Dijelaskan Maryono, Bank BTN dalam membentuk CKPN 2018 adalah dalam rangka penerapan PSAK 71 dan disiapkan senilai Rp1,7 triliun dengan pertimbangan laba operasi tahun 2018 sebesar Rp5,308 triliun atau naik 11,1 persen dibanding 2017.
Disamping itu BTN juga sudah merintis melakukan tambahan cadangan CKPN sejak 4 tahun lalu, dari tahun 2014,.2015, 2016 dan 2017 masing-masing sebesar Rp776,9 miliar pada tahun 2014, Rp901,3 miliar tahun 2015, Rp707,6 miliar tahun 2016 dan tahun 2017 senilai Rp884,4 miliar. Dengan demikian peningkatan CKPN tersebut tidak mengganggu kinerja perusahaan.
“Dengan kinerja 2018, BTN tetap optimis menghadapi tahun 2019, dimana target konservatif untuk tahun 2019 telah ditetapkan antara lain aset meningkat sekitar 13-15 persen, Kredit dan Pembiayaan tumbuh sekitar 13-15 persen, DPK naik sekitar 13-15 persen serta laba tumbuh diatas 15 persen,” ungkapnya. (*)