Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) belum lama ini dinobatkan sebagai brand perbankan terkuat di dunia tahun 2024 oleh salah satu perusahaan konsultan brand terkemuka, Brand Finance.
Mengutip laporan berjudul “Top 500 Banking Brands” yang dirilis oleh Brand Finance pada Maret 2024, BCA menduduki peringkat pertama pada daftar brand perbankan terkuat. BCA berhasil mengungguli 500 brand perbankan global ternama lainnya, yang berasal dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Asia, dan Afrika.
Brand Finance, konsultan independen terkemuka di dunia untuk strategi dan pengukuran valuasi brand yang berkantor pusat di London, Inggris itu, mencatat bahwa BCA memiliki nilai Brand Strength Index (BSI) paling tinggi di antara brand perbankan lainnya di dunia, yakni dengan skor 93,8 dari skala 100. Di samping itu, BCA juga mampu mencetak rating brand AAA+.
Sejumlah bank global lain dalam daftar “Top 10 Global by Brand Strength Index” yang disusun ‘Brand Finance’ antara lain ICBC dan Bank of China dari Tiongkok, First National Bank dan Capitec Bank dari Afrika Selatan, Equity Bank dan Kenya Commercial Bank dari Kenya, hingga Vietcombank dari Vietnam.
Baca juga: Genjot Inovasi Teknologi, BCA Bentuk Puluhan Mini Company
Selain itu, ada juga Banca Transilvania dari Rumania. Sementara itu, ‘Brand Finance’ juga mengukur kekuatan brand bank terkemuka asal AS seperti Bank of America dan Wells Fargo.
“Secara rata-rata, brand perbankan Asia dan Afrika memiliki kekuatan brand paling besar dalam studi Brand Finance. Hal ini sebagian besar disebabkan kedua benua tersebut memiliki banyak pemain perbankan nasional yang kuat di masing-masing pasar. Kelompok Asia sendiri dipimpin oleh BCA, yang menjadi brand terkuat di antara Top 500 Banking Brands, dengan nilai BSI sebesar 93,8 dan rating AAA+,” tulis Brand Finance dalam laporannya yang dirilis Maret 2024.
Brand Finance menggunakan istilah “kekuatan brand” sebagai ukuran dari kesehatan brand secara keseluruhan, yang mencerminkan posisi sebuah brand dalam hati dan pikiran pelanggan serta pasar yang lebih luas. Pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan key performance indicators yang relevan, baik dalam aspek emosional maupun rasional.
Masih menurut laporan dari Brand Finance, nilai gabungan dari 500 merek perbankan di dunia tersebut telah mencapai rekor baru, yakni USD1,44 triliun, hampir dua kali lipat dibandingkan satu dekade lalu. Yang mana sektor perbankan Tiongkok menunjukkan pemulihan yang signifikan, dengan bank-bank ’empat besar’ tetap unggul dibandingkan bank-bank AS.
ICBC (Industrial and Commercial Bank of China) mempertahankan posisinya sebagai merek perbankan paling berharga di dunia selama delapan tahun berturut-turut, dengan peningkatan nilai merek sebesar 3 persen menjadi USD71,8 miliar. China Construction Bank, Agricultural Bank of China, dan Bank of China masing-masing menempati posisi kedua, ketiga, dan keempat, menyusul peningkatan persentase satu digit pada masing-masing nilai merek mereka.
“Mewakili segenap manajemen dan karyawan BCA, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Brand Finance yang telah menobatkan BCA sebagai brand perbankan terkuat di dunia. Apresiasi ini tidak lepas dari kepercayaan segenap nasabah setia, dukungan dari pemerintah maupun regulator, serta kerja keras seluruh karyawan BCA di penjuru Tanah Air. Apresiasi ini menjadi motivasi bagi kami untuk senantiasa meningkatkan kualitas layanan dan solusi perbankan bagi kebutuhan nasabah yang beragam,” ucap Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, dalam keterangan tertulisnya dikutip 9 April 2024.
Baca juga: Ibaratkan Striker, Bos BCA Gambarkan Pentingnya Agility Bagi Perbankan
Kinerja BCA Sepanjang 2023
Sebagai informasi, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp48,6 triliun sepanjang 2023. Angka tersebut naik 19,4 persen yoy. Pertumbuhan laba yang positif tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang tumbuh 13,9 persen yoy, atau di atas rata-rata industri menjadi Rp810 triliun. BCA yang memiliki total aset Rp1.408 triliun hingga akhir Desember 2023 ini, juga mencatatkan loan at risk (LAR) dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang terjaga baik.
Rasio loan at risk (LAR) membaik ke 6,9 persen per akhir 2023, dibandingkan 10,4 persen pada 2022 lalu. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di angka 1,9 persen pada 2023.
Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6 persen yoy mencapai Rp1.102 triliun, sehingga mendorong kenaikan total aset BCA sebesar 7,1 persen yoy menjadi Rp1.408 triliun. Adapun dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80 persen dari total DPK.
Kemudian, total volume transaksi yang diproses BCA naik 25,1 persen yoy, mencapai 30,1 miliar transaksi. Kanal mobile banking mencatat kenaikan volume transaksi tertinggi, naik 41,6 persen yoy. Sedangkan jumlah nasabah BCA telah mencapai 31 juta per Desember 2023, tumbuh dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. (*) Steven Widjaja