Jakarta – E-wallet atau dompet digital adalah metode pembayaran dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Menurut data terbaru dari Worldpay, perusahaan pemrosesan pembayaran, Asia memimpin dalam jumlah transaksi tertinggi.
Mengutip CNBC pada Kamis, 13 Juni 2024, konsumen di Asia-Pasifik menjadi pengguna dompet digital terbesar karena penggunaan kartu fisik dan uang tunai terus menurun.
Pada 2023, 70 persen pembayaran secara online dan 50 persen pembayaran di berbagai gerai di Asia Pasifik menggunakan dompet digital, tertinggi di antara seluruh wilayah.
Secara global, dompet digital menyumbang 50 persen pembelian e-commerce dan 30 persen pembelian di dalam toko pada tahun 2023, dengan nilai transaksi sebesar USD 14 triliun. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai USD 25 triliun pada 2027.
Total pengeluaran di kawasan ini untuk dompet digital berjumlah hampir USD10 triliun pada tahun 2023. Sebagai perbandingan, belanja dompet digital di Eropa hanya menyumbang 30 persen dari transaksi e-commerce dan 13 persen dari pembayaran fisik.
Sementara di Amerika Serikat (AS), penggunaan dompet digital menyumbang 37 persen dari penjualan online dan 42 persen dari belanja fisik.
Baca juga: Transaksi QRIS Melesat 194,06 Persen, Kartu ATM Makin Ditinggalkan
“Selain kenyamanan, teknologi biometrik dalam dompet digital yang memungkinkan pembayaran hanya dengan wajah atau sidik jari memberikan rasa keselamatan dan keamanan yang lebih besar,” kata Phil Pomford, Manajer Tim E-commerce Worldpay di kawasan Asia-Pasifik.
“Ponsel bisa dicuri, tapi tidak ada yang bisa menggunakan dompet digital tanpa pengenalan wajah. Berbeda dengan kartu fisik yang bisa dicuri dan digunakan melalui pembayaran nirsentuh,” tambahnya.
Dipimpin Tiongkok
Tiongkok adalah pemimpin global penggunaan e-wallet pada 2023. Sebanyak 82 persen pembelanjaan e-commerce dan 66 persen pembelian fisik dilakukan dengan dompet digital, dengan total transaksi senilai sekitar USD7,6 triliun.
Worldpay menyebut, pembayaran Tiongkok sebagian besar dipimpin oleh 3 merek pembayaran. Mereka adalah dompet digital Alipay dan WeChat Pay, dan jaringan kartu UnionPay. Bahkan, dengan keberadaan kartu kredit atau dompet digital, masyarakat sana tidak lagi merasa perlu membawa dompet. Cukup membawa smartphone pribadi.
“Banyak orang di Tiongkok tidak lagi perlu membawa dompet fisik di tangan. Banyak dari mereka yang keluar rumah hanya dengan membawa ponsel,” terang mereka.
Bagaimana dengan negara Lain?
Sementara, India, negara berpenduduk terpadat di dunia dengan populasi generasi muda terbesar, juga tidak jauh ketinggalan dalam hal ini. Lebih dari 50 persen menggunakan dompet digital untuk membayar pembelian online dan di dalam toko fisik pada tahun lalu.
Sejatinya, negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Singapura, banyak memilih kartu kredit sebagai metode pembayaran utama. Berbeda dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam yang lebih memilih dompet digital dibandingkan metode pembayaran lainnya.
Baca juga: Begini Tips Aman Bertransaksi dengan QRIS
Untuk Indonesia sendiri, mayoritas sudah menggunakan e-wallet sebagai metode pembayaran utama. Survei dari VISA pada 2023 lalu menunjukkan, 92 persen dari 1.000 responden di Tanah Air, memilih menggunakan dompet digital mereka untuk bertransaksi.
Adapun demografi pengguna e-wallet terbesar datang dari Generasi Y, yakni kelahiran 1981 – 1996. Lebih dari itu, 32 persen responden survei VISA juga percaya, masyarakat Indonesia akan menjadi cashless society pada medio 2023 – 2025, dan 30 persen lainnya meyakini peristiwa ini akan berlangsung pada 2026 – 2030. (*) Mohammad Adrianto Sukarso