Jakarta – Industri asuransi umum Indonesia menunjukkan ketahanannya di tengah tantangan ekonomi. Sepanjang 2024, tiga lini bisnis utama menjadi penopang dominan dalam perolehan premi, yakni Asuransi Harta Benda, Asuransi Kredit, dan Asuransi Kendaraan Bermotor.
Ketiganya memberikan kontribusi signifikan terhadap total premi industri, menegaskan perannya sebagai sektor yang tetap bertumbuh meskipun menghadapi dinamika pasar.
Wakil Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bidang Statistik dan Riset, Trinita Situmeang, mengungkapkan bahwa dua lini usaha utama, Asuransi Harta Benda dan Asuransi Kredit, menyumbang 46 persen dari total premi asuransi umum.
Baca juga: Jabodetabek Diterjang Banjir, Klaim Asuransi Bakal Melonjak?
Sementara itu, Asuransi Kendaraan Bermotor melengkapi tiga besar dengan porsi 18 persen.
Dengan total kontribusi 64 persen dari ketiga lini usaha ini, industri asuransi umum masih bertumpu pada sektor-sektor yang memiliki keterkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat.
Sebagai lini bisnis dengan pangsa pasar terbesar, Asuransi Harta Benda mencatat premi Rp30,3 triliun sepanjang 2024, tumbuh 14,7 persen secara year-on-year (yoy). Pertumbuhan ini terjadi meskipun penjualan properti mengalami kontraksi hingga 15 persen. Menurut Trinita, ada beberapa faktor yang tetap mendorong pertumbuhan premi di lini ini.
“Pengembangan properti residensial serta stabilnya permintaan sewa properti menjadi faktor utama yang menjaga premi asuransi harta benda tetap tumbuh,” ujarnya.
Baca juga: Premi 7 Lini Bisnis Asuransi Umum Terkontraksi di 2024, Apa Saja?
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar properti mengalami tekanan, kebutuhan perlindungan terhadap aset tetap tinggi, sehingga sektor asuransi harta benda masih memiliki daya tahan yang kuat.
Berada di posisi kedua, Asuransi Kredit membukukan premi sebesar Rp21,6 triliun atau setara 19 persen dari total industri.
Namun, berbeda dengan Asuransi Harta Benda yang mencatat pertumbuhan positif, sektor ini mengalami kontraksi 3,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga Lima Kripto Ini Melonjak usai jadi Cadangan Aset AS
Meskipun mengalami penurunan, Trinita menilai bahwa Asuransi Kredit masih memiliki potensi pertumbuhan ke depan.
“Pencatatan premi asuransi kredit bersifat jangka panjang dan tetap terdorong oleh pertumbuhan kredit konsumtif serta penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama melalui program pemerintah,” jelasnya.
Dengan adanya dorongan dari penyaluran kredit baru dan stimulus kebijakan perbankan, sektor ini diperkirakan masih bisa mempertahankan perannya sebagai salah satu motor utama premi asuransi umum dalam jangka panjang.
Melengkapi tiga besar, Asuransi Kendaraan Bermotor mencatatkan premi sebesar Rp20,1 triliun, dengan pertumbuhan 3,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: OJK Ungkap Ada 18 UUS Asuransi Bakal Spin Off Tahun Ini
Menurut Trinita, meskipun produksi dan penjualan kendaraan roda empat mengalami kontraksi, sektor ini masih bertahan berkat tingginya permintaan kendaraan roda dua untuk pasar domestik dan ekspor.
“Penjualan kendaraan roda dua yang masih stabil menjadi faktor utama yang menopang pertumbuhan premi di lini ini,” pungkasnya. (*) Alfi Salima Puteri
Jakarta - American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi meluncurkan Portal Data dan Metadata Sektor Jasa… Read More
Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) terus memperkuat komitmennya dalam mendukung pemberdayaan wanita… Read More
Jakarta - PT Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta), perusahaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di bawah naungan… Read More
Jakarta - PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) dan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF)… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa rasio klaim asuransi kesehatan mengalami penurunan signifikan… Read More