Jakarta – BTPN Syariah mencatatkan laba bersih setelah pajak Rp1,00 triliun per kuartal III 2023. Sementara pembiayaan tercatat Rp11,9 triliun atau tumbuh 5% secara tahunan. Sedangkan aset, mengembang 7% menjadi Rp21,96 triliun.
Bank yang dipimpin Hadi Wibowo sebagai direktur utama ini melakukan berbagai upaya untuk membuat kinerja BTPN Syariah tetap sehat sampai dengan sembilan bulan berjalan di 2023, di tengah kondisi pasca pandemi covid-19 yang masih menantang. Bank ini mencatatkan rasio-rasio yang sehat, dengan return of asset (RoA) 7,8% serta rasio kecukupan modal (CAR) pada posisi 49,7% atau di atas ketentuan dan rata-rata industri bank syariah.
Baca juga: Naik 45,37 Persen, Laba BRI Finance jadi Segini di Semester I 2023
“Meski kondisi masih cukup menantang, kami berkomitmen untuk menjadi bank yang sehat. Tercatat di kuartal ini, mayoritas rasio-rasio penting BTPN Syariah masih berada di atas industri. Di sisi lain, kami terus menggulirkan program untuk memperkuat kapasitas masyarakat inklusi sebagai wujud komitmen Bank dalam mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia menjadi lebih berarti,” ujar Fachmy Achmad, Direktur Keuangan BTPN Syariah, Kamis, 19 Oktober 2023.
BTPN Syariah di kuartal III 2023 tetap menggulirkan berbagai program demi memperkuat kapasitas masyarakat inklusi. Inilah komitmen tinggi BTPN Syariah terhadap pelaku usaha ultra mikro Indonesia.
Berbagai program apresiasi berkelanjutan dilakukan untuk membangun kembali empat perilaku unggul nasabah, yakni BDKS (Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu), di mana semua ini menjadi kunci sukses berjalannya model bisnis pembiayaan BTPN Syariah. Salah satu yang dilakukan yakni memberikan insentif bagi anggota sentra yang memiliki tingkat kehadiran 90% di kumpulan atau Pertemuan Rutin Sentra (PRS) setiap dua minggu sekali dan membayar angsuran tepat waktu.
Baca juga: Laba Melejit 440%, TUGU Siap Tebar Dividen?
Di samping itu, bank ini juga melibatkan lebih banyak pihak dalam program pendampingan sebagai wujud komitmen manajemen dalam memperluas akses pengetahuan bagi masyarakat inklusi. Tercatat, lebih dari 1.600 mahasiswa dari 258 universitas di 20 provinsi di Indonesia terlibat menjadi fasilitator dalam program Bestee Tepat (Bersama Berdaya Sahabat Tepat Indonesia).
“Nantinya, kami juga akan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan dalam program pendampingan masyarakat inklusi yang terukur dan berkelanjutan,” pungkas Fachmy. (*) Ari Nugroho