Teror Bom Brussel Tidak Berdampak Signifikan

Teror Bom Brussel Tidak Berdampak Signifikan

oleh Agung Galih Satwiko

 

PASAR saham Asia umumnya sepi menjelang good friday. Sementara pasar saham di Eropa dan AS umumnya tidak merespon teror bom di Brussel Belgia secara berlebihan. Saham sektor perjalanan dan wisata tertekan, namun tidak signifikan menurunkan indeks secara keseluruhan. Indeks Nikkei naik 2,2%, Shanghai composite turun 0,3%, dan indeks Hang Seng Hongkong tidak berubah. Di Eropa DAX Jerman naik 0,4% dan FTSE 500 naik tipis 0,1%. Sementara di AS DJIA turun 0,23% dan S&P 500 turun 0,09%.

Pasar saham di Eropa sempat turun pasca teror bom di Brussels, namun kembali meningkat karena diperkirakan dampaknya tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan global, kecuali perusahaan yang bergerak di sektor perjalanan dan wisata. Dengan semakin seringnya terjadi teror seperti itu, pelaku pasar menjadi semakin kebal sehingga dampak terhadap harga-harga menjadi tidak signifikan (new normal).

Data sentimen bisnis Jerman (Ifo Institute Business Climate Index) di bulan Maret meningkat menjadi 106,7 dibandingkan bulan Februari yang tercatat sebesar 105,7. Angka ini di atas ekspektasi pelaku pasar yaitu sebesar 105,9. Sementara itu data Markit Purchasing Manager Index (PMI) zona Eropa untuk bulan Maret naik menjadi 53,7 dibandingkan 53,0 pada bulan Februari. Secara umum, kondisi ekonomi di Eropa cukup resilien di tengah pelambatan ekonomi global dan China. Hal ini cukup untuk menghilangkan kekhawatiran pelaku pasar akan terjadinya resesi global tahun ini. Sebelumnya, tanggal 10 Maret lalu, ECB telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona Eropa dari 1,7% menjadi 1,6%. ECB juga telah meluncurkan tambahan stimulus berupa peningkatan jumlah obligasi yang dibeli dan memperluas cakupan obligasi yang dapat dibeli.

Dari AS, data flash manufacturing PMI bulan Maret naik ke 51,4 dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 51,3. Angka PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi. Angka bulan Maret relatif baik, namun masih di bawah rata-rata angka PMI sejak 2009 yang tercatat sebesar 54,1. Banyak perusahaan di AS masih dalam proses menghapuskan beban cadangan persediaan barang yang masih cukup besar, di tengah permintaan yang belum pulih.

Presiden Federal Reserve Atalanta Dennis Lockhart menyatakan bahwa membaiknya data ekonomi AS dapat mengarah ke kenaikan Fed Fund Rate paling cepat pada April mendatang. Sementara itu Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans meskipun optimis dengan ekonomi AS, tetap menyebutkan bahwa the Fed harus mempertahankan mode wait and see sebelum terdapat perbaikan signifikan khususnya di sektor inflasi dan pendapatan tenaga kerja AS. Probabilitas bahwa Fed Fund rate akan naik bulan April, yang diukur dari Fed Fund Future di Bloomberg menunjukkan angka sekitar 7%.

Harga minyak dunia ditutup sedikit melemah pasca teror bom Brussels. Pada perdagangan kemarin, WTI crude Nymex untuk pengiriman Mei turun USD0,07 (0,2%) ke level USD41,45 per barrel. Sementara Brent crude London’s ICE untuk pengiriman April turun USD0,25 (0,6%) ke level USD41,79 per barrel. Meskipun secara logika teror bom seharusnya mengurangi frekuensi orang bepergian, sehingga mengurangi kebutuhan akan minyak, namun diperkirakan tidak signifikan. Rencana pertemuan negara penghasil minyak di dunia direncanakan akan dilakukan di Doha, Qatar, tanggal 17 April.

Yield UST naik dengan komentar dua pejabat the Fed yang cukup optimis terhadap ekonomi AS. Yield UST 10 year naik 2 bps ke level 1,94%. Sementara UST 30 year relatif tidak bergerak di level 2,72%. Sejak awal tahun ini, yield UST 10 year telah turun 33 bps (akhir tahun lalu 2,27%). Sementara di Jerman, yield German Bunds tenor 10 tahun turun 2 bps ke level 0,21%.

Pasar SUN ditutup melemah, yield SUN seri benchmark tenor 10 tahun turun 3 bps ke level 7,98%. Sementara IHSG ditutup turun 29 poin (0,6%) ke level 4.856,1. Year to date IHSG membukukan peningkatan indeks sebesar 5,7% (IHSG akhir tahun lalu sebesar 4.593,00). Asing membukukan net sell sebesar Rp269,4 miliar sehingga year to date asing masih membukukan net buy sebesar Rp4,73 triliun. Sementara itu, nilai tukar Rupiah ditutup melemah Rp33 ke level Rp13.184 per dolar AS. CDS Indonesia turun 1 bps ke 202. (*)

Penulis adalah staf Wakil Ketua DK OJK

Related Posts

News Update

Top News