Jakarta – Nilai tukar rupiah kian anjlok hingga mendekati Rp16 ribu per dolar AS. Kurs rupiah tercatat Rp15.876 per dolar AS pada Selasa (24/10) pukul 09.00 WIB. Pelemahan mengundang kekhawatiran, mengingat tren buruk ini sudah menjangkiti rupiah sejak Mei 2023.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kuatnya dolar AS menyebabkan tekanan pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar rupiah. Dibandingkan akhir 2022, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 tercatat tinggi di level 106,21 atau menguat 2,60 persen (ytd).
Baca juga: Meski Melemah, BI Klaim Rupiah Lebih Stabil Dibanding Rupee hingga Peso
“Sangat kuatnya dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi mata uang hampir seluruh mata uang dunia, seperti Yen Jepang, Dolar Australia, dan Euro,” ungkap Perry baru-baru ini.
Dijelaskannya, tiga mata uang negara tersebut tercatat melemah masing-masing 12,44 persen, 6,61 persen dan 1,40 persen ytd, serta depresiasi mata uang kawasan, seperti Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Peso Filipina masing-masing 7,23 persen, 4,64 persen, dan 1,73 persen ytd.
“Dalam periode yang sama, dengan langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,03 persen ytd, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global tersebut,” ujar Perry.
Sementara, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani pelemahan rupiah ini dipicu oleh inflasi AS masih cukup tinggi yang direspons The Fed dengan mengeluarkan sinyal kenaikan suku bunga acuan dalam waktu cukup lama atau higher for longer.
“Ini yang menyebabkan banyak terjadinya capital flowing back ke AS, menyebabkan dolar index menguat di 106. Pak Gubernur (Bank Indonesia) sebelumnya mengatakan di 93, berarti dolar AS itu kuat secara global,” kata Menkeu dikutip 24 Oktober 2023.
Baca juga: Ekonom Nilai SRBI Tak Akan Berdampak Langsung pada Stabilitas Rupiah
Sri Mulyani mengatakan akan menyinkronisasikan kebijakan moneter dan fiskal. Harapannya, jika pelemahan nilai tukar rupiah seperti dari AS, dampaknya bisa segera dimitigasi.
“Dan kita minimalkan, baik terhadap nilai tukar, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas sistem keuangan,” pungkasnya. (*)