Teknologi Open Source, Inovasi Hemat dan AMAN

Teknologi Open Source, Inovasi Hemat dan AMAN

Software open source menawarkan banyak keuntungan. Selain memberi jaminan stabilitas ketersediaan optimalisasi performa kinerja dan akurasi data pendukung infrastruktur operasional, penggunaan teknologi tersebut tetap sesuai dengan aturan regulator.

Jakarta – Kredit perbankan sedang berada di jalur lambat. Pertumbuhan kredit yang lambat memberi tekanan terhadap pendapatan bank. Di lain sisi, tekanan terhadap pendapatan bank juga datang dari kegiatan operasional bank yang biayanya terus meningkat.

Berdasarkan data OJK, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO) bank umum mencapai 84,22% per Februari 2016. Angka rasio itu meningkat 474 basis point dibandingkan dengan Februari 2015 yang sebesar 79,48%.

Ada banyak hal yang membuat bank-bank harus menanggung biaya operasional cukup tinggi. Salah satunya ialah ekspansi yang dilakukan perbankan, termasuk juga investasi teknologi. Makanya, tidak heran jika bank-bank menyiapkan belanja teknologi yang cukup besar.

Bank Mandiri, misalnya, untuk 2016 menganggarkan belanja teknologi sekitar US$100 juta. “Teknologi yang kami miliki sekarang cukup baik, tinggal menambahkan atau meremajakan,” kata Georgino Godong, SEVP Chief Technology Officer Bank Mandiri, kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Bank Central Asia (BCA) juga menyiapkan dana yang cukup besar untuk investasi teknologi. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA, menuturkan, tahun ini pihaknya menyiapkan belanja teknologi sedikitnya Rp2 triliun. “Investasi ini untuk macam-macam, termasuk upgrade software kami,” ujar Jahja.

Di dalam investasi teknologi yang dilakukan perbankan terdapat juga komponen untuk investasi perangkat lunak (software). Biaya yang dikeluarkan bank pun relatif tidak sedikit untuk hal ini. Sebab, kebanyakan software untuk perbankan memiliki sifat berbayar, yang terus meningkat nilai investasinya seiring dengan pertumbuhan data nasabah maupun data pendukung lainnya, baik untuk lisensi penggunaan, maintenance services maupun upgrade software.

Namun, teknologi software telah berkembang. Software-software yang berbasis open source makin mudah ditemui. Open source merupakan suatu sistem software yang sudah cukup diakui kualitas dan keberadaannya oleh masyarakat teknologi informasi (TI).

Kemunculan open source awalnya dipicu oleh suatu kelompok yang membangkitkan gerakan untuk menolak sistem aplikasi tertutup dan berbayar yang dianggap hanya menguntungkan sekelompok masyarakat dan tidak memberikan kontribusi yang luas bagi kebutuhan masyarakat dunia terhadap teknologi yang dihasilkan.
Komunitas ahli TI yang membangun dan terus mengembangkan sistem open source ini memberi kemudahan terhadap siapa pun, baik itu perorangan maupun institusi, dalam mendistribusikan software yang dikembangkannya kepada pengguna dengan memberikan program dan source code-nya tanpa biaya.

“Kehadiran open source menjadi alternatif bagi perbankan untuk melakukan inovasi teknologi,” kata Julyanto Sutandang, Chief Executive Officer (CEO) Equnix Business Solutions, kepada Infobank.

Sebagai teknologi terbuka, software-software open source yang diciptakan oleh siapa saja dan dapat dikembangkan oleh siapa pun memang agak riskan bagi perbankan untuk menggunakannya jika murni mengambil dari sumber-sumber terbuka seperti internet. Namun, melalui perusahaan-perusahaan TI yang fokus pada pengembangan open source, risiko itu bisa dihilangkan lantaran ada perusahaan atau pihak ketiga yang menjamin dan memberi dukungan (supporting) bagi bank yang menggunakan software open source.

Adanya pihak ketiga yang mengembangkan teknologi open source memberi kepastian dari sisi aturan terhadap penggunaan teknologi open source oleh perbankan. Seperti diketahui, regulator perbankan punya aturan yang ketat untuk bank dalam menggunakan teknologi. Maksudnya, teknologi yang digunakan bank, termasuk yang berasal dari pihak ketiga, harus selaras dengan penerapan manajemen risiko perbankan. “Memasarkan teknologi open source, kami harus riset karena harus bertanggung jawab,” tegas Rully Moulany, Country Managing Director Red Hat Indonesia.(*)Ari Nugroho

Related Posts

News Update

Top News