Jakarta – Implementasi penggunaa teknologi AI (Artifical Intelligence) di industri 4.0 diprediksi akan memicu disrupsi dalam pasar tenaga kerja. Namun, tak sedikit juga yang berpandangan dan sepakat bahwa AI dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru.
Berdasarkan data dari World Economic Forum, memperkirakan sekitar 85 juta lapangan kerja akan terdisrupsi dan mengalami penurunan permintaan hingga tahun 2025, namun juga menciptakan sekitar 97 juta lapangan kerja akan mengalami peningkatan permintaan sejalan dengan adopsi teknologi.
Untuk Indonesia, sekitar 50% hingga 60% akan terdampak oleh otomasi termasuk dengan diterapkannya teknologi AI. Perkiraan tersebut, tergolong moderat jika dibandingkan dengan perkiraan dampak di negara-negara lainnya.
“Beberapa pekerjaan yang berisiko tinggi terdampak otomasi AI berada di sektor retail, jasa dan manufaktur termasuk juga pekerja yang erat kaitannya dengan administrasi kantor, aktivitas penunjang kantor dan akitivitas penunjang usaha lainnya,” ujar Deniey A. Purwanto, Ekonom INDEF, Kamis, 9 Maret 2023.
Ia melanjutkan, tidak dapat dipungkiri, perkembangan AI membawa dampak terhadap pasar tenaga kerja saat ini dan di masa yang akan datang. Untuk itu, diperlukan dukungan kebijakan untuk memastikan keseimbangan positif antara hilangnya lapangan kerja dan penciptaan lapangan kerja.
“Seperti dukungan kebijakan untuk menyiapkan angakatan kerja yang siap. Mengidentifikasi lapangan pekerjaan baru, dukungan perusahaan untuk transisi dan reskilling tenaga kerja yang ada,” jelasnya.
Sementara itu, ada empat dampak AI bagi tenaga kerja, antara lain, pertama pengurangan jam kerja, penurunan pendapatan, pemutusan hubungan kerja dan peningkatan kesenjangan. Kedua, disrupsi dalam pasar tenaga kerja akibat pengembangan dan adopsi AI dengan hilangnya beberapa jenis pekerjaan mendorong perpindahan tenaga kerja kepada pekerjaan sejenis yang tidak terdampak atau jenis pekerjaan lainnya.
Ketiga, perumusan kembali secara subtansial tugas dan pekerjaan utamanya pada jenis-jenis pekerjaan yang mengadopsi AI. Keempat, peningkatan permintaan keterampilan tenaga kerja dan investasi keterampilan pekerja dan pengembangan pendidikan vokasi, baik dari sisi program studi maupun kurikulum yang terarah pada pengembangan dan pengadopsian AI. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra