PADA 24 April 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi telah menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden Probowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih untuk periode 2024-2029. Apa saja tantangan Prabowo-Gibran di sektor keuangan?
Indonesia memang disayang Tuhan (Eko B. Supriyanto, Infobank, April 2024). Lihat saja, di tengah kenaikan ketidakpastian ekonomi global namun ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,11 persen per triwulan I-2024 dengan target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada 2024. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional masing-masing memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 4,9 persen dan 5,0 persen pada 2024.
Pastilah Probowo-Gibran menghadapi tantangan dalam negeri seperti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang semakin melemah. Ada pula tantangan eksternal yang bisa jadi akan menebalkan ketidakstabilan ekonomi global gegara geopolitik. Katakanlah, perang Israel-Hamas yang kemudian menjalar ke ancaman perang Israel-Iran menyusul perang Rusia-Ukraina.
Aneka Tantangan dan Alternatif Solusi
Lantas, apa saja tantangan Probowo-Gibran di sektor keuangan? Apa pula alternatif solusi untuk mengatasi aneka tantangan itu?
Pertama, harus diakui kini ekonomi sedang tidak baik-baik saja. Nilai tukar dolar AS makin perkasa terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah. Hal itu disebabkan oleh sinyal Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung di level lebih tinggi dan lebih lama (higher for longer). Hal itu bertentangan dengan ekspektasi pasar yang sebelumnya memprediksi suku bunga acuan AS (The Fed Fund Rate/FFR) akan menipis pada semester II-2024.
Kedua, akibatnya, nilai tukar rupiah telah menyentuh batas psikologis Rp16.000 per 1 dolar AS. Untuk mengerem gejolak nilai tukar supaya tidak terlalu liar, maka Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bungan acuan BI naik 25 basis poin (bps) dari 6 persen per 19 Oktober 2023 menjadi 6,25 persen per 24 April 2024.
Hal itu juga bertujuan agar suku bunga acuan BI tetap menarik di mata investor global. Ketika suku bunga acuan BI kian lebih tinggi daripada suku bunga acuan AS yang kini mencapai 5,25-5,50 persen per Juli 2024, investasi di Indonesia makin kinclong di mata investor global. Upaya itu bertujuan untuk mencegah larinya modal asing (capital outflow).
Sesungguhnya, tingginya FFR itu bertujuan untuk menurunkan inflasi AS menjadi 2 persen. Kini inflasi AS mulai menipis dari 3,4 persen per April 204 menjadi 3,3 persen per Mei 2024 dan 3 persen per Juni 2024.
Bandingkan dengan inflasi Indonesia 3 persen per akhir April 2024 yang terus membaik menjadi 2,84 persen per Mei 2024 dan 2,51 persen per Juni 2024. Perlu catat bahwa angka tersebut masih dalam target inflasi 2,5 persen plus minus 1 persen pada 2024 yang ditetapkan BI.
Keempat, untuk mengendalikan nilai tukar rupiah, akhirnya BI harus melakukan operasi pasar. Namun, intervensi itu dapat menggerogoti cadangan devisa yang kini mencapai USD140,18 miliar per Juni 2024. Untunglah, cadangan devisa itu menebal dari USD138,97 miliar per Mei 2024 dan USD136,22 miliar per 30 April 2024.
Ketiga, penyelenggaraan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif 2024 yang berjalan aman merupakan kado berharga bagi Indonesia di mata dunia. Dalam investasi asing, sektor politik merupakan faktor dominan dibandingkan sektor lainnya seperti sektor ekonomi dan dan sektor keuangan.
Kini Indonesia termasuk negara yang berisiko sedang (moderate country risk). Sarinya, Indonesia masih menjadi negara yang aman untuk investasi. Bagaimana kinerja investasi? Realisasi investasi langsung mencapai Rp 401,5 triliun naik 22,1 persen (yoy) per triwulan I-2024. Penanaman modal asing (PMA) menyumbang 50,9 persen dari total realisasi investasi atau tumbuh 15,5 persen sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) berkontribusi 49,1 persen atau tumbuh 29,7 persen.
Keempat, selain itu, depresiasi rupiah terhadap dolar AS akan membebani importir dalam melakukan impor barang modal dari luar negeri. Lho? Karena nilai barang impor akan lebih tinggi untuk jangka menengah dan panjang. Untuk jangka pendek, pada umumnya importir sudah mengadakan kontrak dengan mitra bisnis di luar negeri.
Bagaimana dampaknya bagi eksportir? Eksportir akan memperoleh berkah berupa nilai ekspor yang lebih tinggi. Namun sangat disarankan bagi eksportir untuk melakukan diversifikasi produk ekspor. Upaya itu bertujuan untuk mengerek daya saing produk di pasar internasional.
Kelima, namun pelemahan rupiah juga dapat membebani pembiayaan utang pemerintah dalam valuta asing (valas). Sarinya, beban bunga dan pokok utang pemerintah dalam valas bisa menggembung lebih besar. Untunglah apabila utang pemerintah dalam valas sudah dilakukan lindung nilai (hedging) sehingga potensi risiko itu dapat dikendalikan.
Pelemahan nilai tuar rupiah hingga di level Rp16.000 jelas melampaui asumsi dasar ekonomi APBN 2024 sebesar Rp15.000 per dolar AS dan nilai tukar rupiah dalam APBN 2023 sebesar Rp15.255. Subsidi BBM pun bisa membengkak. Hal itu dapat memperlebar defisit anggaran.
Bagaimana wajah kinerja keuangan APBN? Data Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran, Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa realisasi pendapatan negara mencapai Rp 1.320 triliun per semester I-2024 atau 47,1 persen terhadap pagu APBN 2024. Hal itu terkontraksi 6,2 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Pendapatan itu bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan penerimaan hibah.
Sebaliknya, realisasi belanja negara mencapai Rp1.398 triliun atau 42 persen terhadap pagu APBN 2024 atau tumbuh 11,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Oleh sebab itu, pemerintah harus bekerja lebih keras lagi supaya defisit anggaran tak makin lebar. Bagaimana kiatnya? Menambah penerimaan negara dengan menaikkan rasio pajak. Pada 2023, rasio pajak 10,21 persen turun dari 10,39 persen pada 2022. Rasio pajak mencapai 9,12 persen, 8,33 persen dan 9,77 persen masing-masing pada 2021, 2020 dan 2019.
Dalam kampanye Pemilu 2024, pasangan calon presiden-wakil presiden memasang target rasio pajak yang tinggi. Pasangan calon nomor 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar memasang target 13-16 persen, calon nomor 2 Prabowo-Gibran Rakabuming Raka 23 persen dan calon nomor 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD 14-16 persen (Kompas.id, 16 Januari 2024). Tetapi, sungguh tidak mudah untuk mewujudkan janji kampanye itu. Inilah tantangan serius Prabowo-Gibran.
Peran Sentral Bank
Keenam, lalu bagaimana peran sentral bank dalam menyuburkan pertumbuhan ekonomi? Kini bank sedang menghadapi potensi risiko kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebagai akibat dari usainya program restrukturisasi kredit per 1 April 2024.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan NPL net perbankan naik dari 0,77 persen per Mei 2023 menjadi 0,79 persen per Mei 2024 sedangkan NPL gross turun dari 2,52 persen menjadi 2,34 persen jauh di bawah ambang batas aman 5 persen. Tetapi ingat bahwa NPL itu adalah rata-rata industri. Artinya, kemungkinan besar terdapat bank yang memiliki NPL lebih tinggi di atas rata-rata industri.
Ketujuh, oleh karena itu, bank wajib meningkatkan penerapan manajemen risiko kredit dengan saksama. Bagaimana konkretnya? Bank wajib mengerek tingkat kehati-hatian dalam mengucurkan kredit terutama dalam valas.
Demikian pula dalam menjalankan bisnis treasury seperti penempatan dana (placement), pertukaran mata uang (foreign exchange) dan pasar uang (money market). Bank juga “pemain” valas yang unggul.
Meskipun demikian, bank wajib memelihara posisi devisa neto (PDN) secara keseluruhan setinggi-tingginya 20 persen dari modal. Saat ini, PDN turun dari 1,57 persen per Mei 2023 menjadi 1,52 persen per Mei 2024 yang berarti masih jauh di bawah ambang batas 20 persen.
PDN secara keseluruhan adalah angka yang merupakan penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari (a) selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing ditambah dengan (b) selisih bersih tagihan dan kewajiban baik yang merupakan komitmen maupun kontijensi dalam rekening administratif untuk setiap valuta asing yang semuanya dinyatakan dalam rupiah.
Pemenuhan PDN itu bertujuan untuk mengendalikan terjadinya perubahan kurs naik atau turun agar bank dapat meminimalisasi risiko kerugian. Hal itu pun bertujuan untuk mendukung BI dalam mengendalikan nilai tukar rupiah.
Kedelapan, bank pun harus mampu menggelontorkan kredit ke sektor yang sanggup menyerap banyak tenaga kerja. Katakanlah, sektor manufaktur, pertanian, kehutanan, perikanan dan industri kreatif.
Sebagian besar mereka adalah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang mampu menyerap 100 juta lebih tenaga kerja. Alhasil, langkah itu dapat menekan tingkat pengangguran terbuka 4,82 persen (7,2 juta jiwa) per Februari 2024.
Kesembilan, selain itu, bank harus adaptif terhadap lingkungan bisnis yang terus berubah. Untuk itu diperlukan strategi jitu untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan melakukan inovasi berkelanjutan mendahului pesaingnya.
Kapabilitas dalam melakukan inovasi menjadi kekuatan yang menentukan. Shapiro (2002:8) berpendapat bahwa dalam menghadapi persaingan abad 21 dituntut kemampuan melakukan pergeseran dalam berpikir inovatif. Menurut Harvard Business Essentials (2003:2), inovasi merupakan perwujudan, kombinasi atau sintesis dari pengetahuan dalam produk, proses atau jasa baru yang orisinil, relevan dan dihargai.
Intinya, inovasi adalah merupakan proses pengembangan gagasan kreatif baru dan penerapannya untuk memperbaiki dan mengubah produk, proses atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Berbekal aneka alternatif solusi demikian, Prabowo-Gibran bakal mampu menghadapi tantangan dengan jitu sehingga ekonomi mampu tumbuh di level 5 persen.
Penulis adalah Wibowo, Dosen Universitas Prof. Dr. Moestopo (UPDM) dan Paul Sutaryono, Staf Ahli Pusat Studi Bisnis (PSB) UPDM