Oleh : Viraguna Bagoes Oka
Mantan Direktur Perbankan Bank Indonesia/ Dosen Kajian Stratejik (KSI) Universitas Indonesia
Kerawanan Sistemik
Kilas balik ekonomi dan dunia usaha Indonesia dalam semester I 2019 (periode Januari- Juli 2019) masih terus diwarnai dengan tantangan dan ancaman ketidakpastian atas pelambatan ekonomi global, regional dan lokal sebagai akibat ketegangan perang dagang antara Cina dengan Amerika yang tidak kunjung mereda dan cenderung terus memanas. Sebagai akibatnya telah terjadi pelemahan daya beli masyarakat terhadap beberapa komoditas/produksi barang secara signifikan antara lain seperti penurunan kebutuhan barang primer yg naik pada awal semester I sebesar 4% hanya meningkat 1% di akhir juni 2019. Selain itu, perubahan drastis tak terduga dan penuh ketidak pastian terus berlangsung di masyarakat berupa pergeseran perilaku konsumsi masyarakat di era desrupsi technologi dimana pasar online (sosial media) serta mewabahnya usaha “start up” yang serba cepat telah mengkanibal (mematikan) pasar tradisional dan pasar grossir gaya lama.
Dilain pihak, pasca terpilihnya presiden Jokowi untuk periode kedua, juga masih menyisakan panasnya suhu politik nasional (politik identitas dan hoax) yang belum mereda sehingga berdampak langsung terhadap pelemahan perekonomian dan dunia usaha nasional termasuk Bali (antara lain tercermin pada penjualan kendaraan mobil dan bermotor turun drastis 7 hingga 9% dalam semester I 2019) beserta dampak kerawanan sistemiknya. Akibat lanjutannya, Bali terjebak dalam gejolak harga (administered price) serta melesunya daya beli masyarakat serta ancaman merosotnya pasar properti dan oversupply kamar-kamar hotel yang cenderung mengalami kelesuan.
Sehingga likuiditas pasar keuangan/perbankan mengalami tekanan sistemik dan ancaman meningkatnya kredit macet /non performing loan (NPL) pada ambang batas kritikal di atas 5%. Kondisi ini mengharuskan sistim keuangan dan perbankan nasional harus mampu ekstra berbenah diri dalam merespon tantangan yang dihadapi melalui konsolidasi dan restrukturisasi NPL serta kendala terbatasnya kemampuan setor modal oleh para pemegang saham bank dalam menjaga sistem keuangan perbankan utk tetap bisa terjaga sehat (sound)
Ancaman Generik
Pada semester II periode Juli hingga menjelang tutup tahun 2019 fundamental perekonomian makro ekonomi Indonesia termasuk Bali masih melemah dengan GDP bertengger di angka 5% yoy semester II 2019 dan pencapaian pertumbuhan yg melambat diangka 5,1%.
Tingkat inflasi perekonomian dan dunia usaha utk kelompok makanan, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan telah mengalami penurunan (deflasi) yang cukup signifikan pada semester II 2019 (3,2-3,0%) dibanding dengan periode yang sama 2018 (3,4-3,2%). Dengan terjadinya deflasi cukup signifikan ini yang ternyata tidak diikuti oleh daya beli masyarakat yang sedang melesu yang disebabkan oleh beberapa permasalahan antara lain :
Pertama, masih pesatnya pergeseran perilaku atas produk usaha konvensional ke tehnologi digital, dan maraknya usaha-usaha baru online yang mengakibatkan banyak usaha-usaha konvensional yang tidak siap beradaptasi dengan perubahan ini terancam tutup/gulung tikar
Kedua, perubahan mindset / perilaku generasi milenial (gen Y) dan generasi centenial (gen Z) yg terus berubah/bergerak cepat menuju pola konsumerisme berbasis gaya hidup (lifestyle) yang tidak terbendung akibat pergeseran perilaku yang lebih mengutamakan kebutuhan pokok (needs), kenyamanan suasana (comfortness), pelayanan prima (hospitality) dan fasilitas terpadu (one stop facility and leisure services) serta eksistensi/ pengakuan (pride)
Ketiga, sumber dan likuiditas keuangan yg semakin canggih dan effisien dalam menjawab dan memenuhi kebutuhan investasi serba instan melalui fintech dan lembaga keuangan berbasis online yg responsif. Sementara Lembaga keuangan/ bank konvensional tidak adaptif terhadap perubahan yang serba cepat dan cenderung mulai ditinggalkan krn dianggap sudah obsolute.
Peluang dan Harapan
Mencermati tantangan dan ancaman ekonomi dan dunia usaha Indonesia hingga akhir kwartal IV 2019 yang terlihat masih menunjukkan adanya pelemahan agregate demand dan agregate supply yang mengarah ke ancaman resesi ekonomi nasional/ lokal yang terstruktur dan massif. Situasi ini ditandai dengan menurunnya daya beli dan pergeseran perilaku konsumen sebagai akibat desrupsi tehnologi dan demograpfi yang mengakibatkan ketidakpastian semakin menonjol di penghujung tahun 2019 ini.
Namun demikian, bersamaan dengan situasi yang tidak menguntungkan ini, secara tidak terduga telah muncul peluang dan harapan baru yang cukup mengejutkan yaitu dengan terbentuknya kabinet baru yang membawa angin segar dengan tekad dan semangat barunya menuju Indonesia baru yaitu “ Indonesia incorporated” yang cukup memperoleh dukungan positif mayoritas rakyat Indonesia.
Dalam kabinet berkarya yang baru ini (sebagai kelanjutan kabinet kerja periode sebelumnya) terdiri atas figur-figur muda yang memiliki komitmen kerja yang tinggi, gerak cepat yang nyata, kredibel serta memiliki professionalisme yang mumpuni.
Peluang dan harapan baru Indonesia kedepan telah memberi harapan untuk bisa terwujudnya perekonomian dan dunia usaha nasional 2020 berpeluang prospektif pada tahun 2020 mendatang sepanjang terpenuhi situasi/kondisi politik, ekonomi, hukum, sosial budaya, dan keamanan sbb:
Pertama, terlaksananya pemberantasan korupsi secara nyata, effisien dan effektif . Terwujudnya pemerintahan dan BUMN yg sehat dan professional dengan dukungan ASN birokrat yg kredibel,kompeten, loyal kepada NKRI dan tata kelola pemerintahan serta 142 BUMN yg respektebel berbasis transparansi, akuntabel, bertanggung jawab, independen dan wajar.
Kedua, terwujudnya kepemimpinan nasional, regional, lokal( provinsi/kabupaten/kota) yang effektif dan terpadu berbasis kesepakatan dalam bingkai “omnibus law” sehingga mampu bekerja nyata, kompeten, tangguh, kredibel, memiliki jiwa petarung dan terpercaya.
Ketiga, terwujudnya sistem pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan berbasis: “karakter, lulusan yg memiliki standar kompetensi prima dan siap berkarya produktif, dan berpredikat sdm unggul panutan (role model). Selain itu, partisipasi aktif dan kepedulian masyarakat luas untuk bisa memberi dukungan penuh atas inisiatif pemerintah ini patut diberikan apresiasi tinggi.
Keempat, Terjaminnya komitmen nasional, regional dan lokal yang terpadu dalam pengentasan kemiskinan, ketimpangan ekonomi, keadilan dan penegakan hukum yang berpihak kepada masyarakat luas/ tidak mampu sehingga bisa tercegahnya paham intoleransi yang dapat mengancam keutuhan NKRI, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. (*)