Taipan Hermanto Tanoko: Prospek Jangka Panjang Saham BBRI dan BBNI Menjanjikan

Taipan Hermanto Tanoko: Prospek Jangka Panjang Saham BBRI dan BBNI Menjanjikan

Jakarta – Taipan Hermanto Tanoko menilai prospek saham di sektor perbankan masih menjanjikan, di tengah tren saham perbankan nasional yang mengalami koreksi.

Pengusaha asal Surabaya ini menyebut bahwa dirinya masih menggenggam saham bank-bank himpunan milik negara (Himbara).

Hermanto mengungkapkan portofolio saham Himbara yang dimiliki yakni, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI).

Menurutnya, kedua saham perbankan tersebut memiliki valuasi yang bagus ke depannya.

“Saya lihat valuasi dari bank BBNI muapun BBRI ini kan saat ini sangat bagus sekali ya, dengan dividend yield juga bisa di 8 persen hingga 9 persen. Ya investasi apa yang bisa sebagus itu,” ujar Hermanto saat ditemui di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis, 10 Juli 2025.

Baca juga: Emiten Merry Riana Resmi IPO, Sahamnya Langsung Melesat 34,38 Persen

Hermanto mengatakan, saat ini pergerakan saham bank jumbo, seperti BBNI dan BBRI memang tengah lesu. Namun, Crazy Rich asal Surbaya ini tetap melihat dari sisi prospek jangka panjang.

“Ya, kita ngeliat kan nggak jangka pendek. Lihat sesuatu itu harus jangka panjang. Kalau saya kan lihatnya jangka panjang,” ujarnya.

Dia pun memandang prospek saham BBNI dan BBRI sangat positif, sebab valuasi harga saham yang sebenarnya bisa lebih tinggi.

Selain itu, ia juga memiliki saham emiten tambang. Di antaranya saham Grup Adaro dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS). Ketertarikannya pada dua saham tersebut karena imbal hasil dividen yang ditawarkan tinggi, melebihi bunga deposito di bank.

“Jadi kalau harga sahamnya masih stay, kita dapet dividend yield yang jauh lebih tinggi dari deposito ya,” ujar Hermanto.

Baca juga: Usai Tercatat di BEI, Harga Saham CDIA dan COIN Sentuh ARA

Meski demikian, Hermanto mengingatkan agar investasi saham harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah memiliki literasi yang cukup, sehingga jangan sampai uang yang dipakai berinvestasi saham adalah uang panas.

Lebih lanjut, kata Hermanto, ketika saham sedang turun, investor yang memiliki kelebihan dana bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menambah portofolionya.

“Tapi uang yang memang untuk investasi jangka panjang. Jadi kalau itu kan jadi nggak stress kalau turun. Karena you believe harus siap juga kan bisa naik, bisa turun kan. Kalau memang uangnya itu nggak boleh panas, harus uang dingin. Jadi fokusnya itu tetap fokus kepada karier, kepada kerjaan,” tandasnya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62