Jakarta – Bank Indonesia (BI) memprediksi suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akan tetap tinggi yaitu di level 5,25%. Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi leve suku bunga tersebut akan bertahan hingga 2024.
“Baseline kami masih menggunakan 5,25%, puncaknya di Mei. Sebelumnya kami perkirakan akhir tahun akan turun, tapi kemungkinan tidak akan turun. Bahkan, tahun depan masih tetap 5,25%,” ujar Perry, dikutip, Rabu 26 April 2023.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengatakan, ada dua hal yang menjadi pertimbangan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya yang tinggi.
Pertama, inflasi yang masih tinggi, dikarenakan adanya rencana OPEC+ memangkas produksi minyak. Kedua, stabilitas sistem keuangan global yang berada dalam kondisi rentan
“Kami dan juga market melihat The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga,” kata Destry.
Hal tersebut tercermin dari indeks dolar AS (DXY) the Fed yang terus mengalami penurunan hingga ke level 101.
“Kemudian, imbal hasil obligasi AS untuk yang 10 tahun sekarang sudah berada di level 3,6,” tutur Destry.
Selain itu, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono juga memperkirakan suku bunga The Fed tidak akan naik secara agresif, dikarenakan adanya kasus kolapsnya perbankan di AS.
“Kini Fed Funds Rate diprediksi akan mendaki pelan. Mengapa? Karena munculnya kasus jatuhnya Silicon Valley Bank pada 10 Maret 2023 lalu,” jelas Paul saat dihubungi Infobanksnews, Rabu, 26 April 2023. (*)
Editor: Galih Pratama