Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) alami defisit pada Mei 2025 sebesar Rp21 triliun atau 0,09 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka ini kembali mengalami defisit setelah pada April 2025 terjadi surplus sebesar Rp4,3 triliun atau 0,02 persen terhadap PDB.
“Posisi 31 Mei 2024 mengalami defisit Rp21 triliun. Kalau bulan lalu Rp4,3 triliun (surplus) dan ini defisit,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam APBN KiTa, di Jakarta, Selasa, 17 Juni 2025.
Baca juga: Efisiensi Anggaran Jadi Fokus APBN 2026, Sri Mulyani: Pasti Dilakukan
Bendahara negara ini menjelaskan, defisit Rp21 triliun masih sangat kecil dari target defisit APBN di tahun ini yang senilai Rp616 trilun.
“Kalau kita lihat di Undang-Undang APBN tahun ini menetapkan defisit total Rp616 triliun, jadi Rp21 triliun masih sangat kecil, tapi kita terus memantau perkembangan pelaksanaan APBN,” ujarnya.
Sri Mulyani juga menyampaikan keseimbangan primer masih mencatatkan surplus sebesar Rp192,1 triliun per mei 2025.
“Keseimbangan primer kita masih mencatatkan surplus, bahkan surplusnya lebih tinggi dari bulan sebelumnya. April surplus dari keseimbangan primer Rp173,9 triliun,” jelas Sri Mulyani.
Baca juga: Defisit APBN Memburuk, NU Dorong Pembentukan Badan Penerimaan Negara Segera
Kemudian, pendapatan negara hingga akhir Mei 2025 mencapai Rp995,3 triliun atau 33,1 persen dari APBN.
Kemudian, dari sisi belanja, Menkeu mencatat belanja negara terealisasi Rp1.016,3 triliun atau 28,1 persen dari target di dalam APBN 2025.
“Ini artinya 28 persen dari total belanja negara kita di APBN Rp3.621,3 triliun, itu sudah terealisir di bulan Mei,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama