Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani pamer soal ekonomi Indonesia yang terus mengalami pemulihan. Tercatat, inflasi Indonesia pada Agustus sebesar 3,3 persen secara tahunan (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, bahkan di antara negara G20.
“Inflasi Indonesia 3,3 persen dibandingkan banyak negara, baik di ASEAN maupun G20 kita relatif dalam situasi yang moderat rendah,” kata Sri Mulyani dalam APBN KiTa, Rabu 20 September 2023.
Baca juga: Tumbuh Positif, Penerimaan Pajak Negara per Agustus 2023 jadi Segini
Namun, Sri Mulyani meminta berbagai pihak untuk tetap waspada dengan adanya risiko kenaikan harga pangan yang cukup tajam. Pada Agustus 2023, tercatat harga pangan berkontribusi 2,4 persen terhadap inflasi.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh surplus neraca perdagangan selama 40 bulan berturut-turut. Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2023 tercatat surplus USD3,12 miliar.
“Neraca perdagangan kita tetap membukukan surplus 40 bulan berturut-turut, meskipun kita lihat ekspor mengalami kontraksi yang tajam yaitu turun 21,2 persen yoy,” jelasnya.
Baca juga: APBN Surplus Berlanjut, per Agustus 2023 Nilainya Capai Segini
Meski masih mengalami surplus selama 40 bulan berturut-turut, namun neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif periode Januari – Agustus 2023 mengalami penurunan sebesar USD10,55 miliar menjadi USD24,34 miliar, bila dibandingkan posisi Januari – Agustus 2022 senilai USD34,89 miliar.
“Ini yang harus kita waspadai karena tentu ketahanan dari sisi eksternal akan sangat menentukan stabilitas dari perekonomian kita di dalam jangka pendek dan menengah,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama