Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan Amerika Serikat (AS) merasa tertindas oleh sistem global yang telah mereka ciptakan sendiri. Hal ini menjadi salah satu alasan Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif resiprokal kepada mitra dagangnya yang dianggap menikmati surplus perdagangan.
Sri Mulyani menyebut bahwa, pemebentukan WTO (World Trade Organization), institusi Bretton Woods, IMF, dan Bank Dunia merupakan otoritas yang dibentuk terutama oleh AS.
Baca juga: Sri Mulyani Jelaskan Alasan Defisit APBN Rp104,2 Triliun Tak Mengkhawatirkan
“Jadi Amerika menciptakan sendiri suatu rezim global, yang sekarang dianggap rezim global itu menjadi suatu rezim atau sistem yang tidak menguntungkan AS sendiri karena dianggap dimanfaatkan oleh seluruh negara di dunia untuk menuju ke market-nya AS, dan negara-negara kemudian yang melakukan praktek investasi perdagangan yang dianggap tidak adil,” jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu, 30 April 2025.
Menurut Sri Mulyani, fokus utama AS dalam negosiasi tarif perdagangan adalah pada narasi bahwa mereka merasa ‘terzalimi’ oleh sistem global. Padahal, biasanya negara-negara berkembanglah yang selama ini banyak mengeluhkan kesulitan bersaing dalam sistem tersebut.
Sri Mulyani pun sempat menyinggung pernyataan mengejutkan dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam forum internasional tersebut.
Baca juga: Sri Mulyani Ungkap RI Bakal Tingkatkan Impor Minyak hingga Produk Pertanian dari AS
“Tiba-tiba di forum ini Menkeu AS yang mengatakan ‘we are traded unfairly’, Amerika sih senang mendengar saya ngomong begitu karena ternyata yang terzalimi bukan hanya negara berkembang tapi negara paling kuat dan paling besar ekonominya di dunia merasa bahwa the global system is unfair, yang men-create imbalances. Ketidakseimbangan menjadi headline kedua, unfair nomor satu,” ungkapnya.
Sebagai respons atas ketidakpuasan tersebut, Amerika melakukan koreksi kebijakan melalui penerapan tarif resiprokal yang akhirnya memicu perang dagang. Meski demikian, hanya China yang memilih melakukan retaliasi, sementara negara-negara lain memilih untuk menempuh jalur negosiasi. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More