Jakarta – Digitalization is a must. Itulah tuntutan yang kini dihadapkan para pelaku industri keuangan agar mampu bersaing di tengah kompetisi bisnis yang makin ketat. Sayangnya, bagi sebagian perusahaan, mengadopsi teknologi digital masih menjadi tantangan tersendiri.
President Director Fortress Data Services Sutjahyo Budiman mengakui, bahwa sebagian perusahaan jasa keuangan masih dihadapkan sejumlah tantangan dalam melakukan transformasi digital. Mengingat banyak hal yang memang harus dipersiapkan, mulai dari infrastruktur, Sumber Daya Manusia (SDM), dan tentunya anggaran yang besar.
Di sisi lain, menurut Sutjahyo, digitalisasi kini jadi modal penting agar bisa bersaing. Selain senjata untuk bersaing, aturan regulator seperti Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi bagi Lembaga Jasa Keuangan (POJK MRTI) juga mengharuskan pelaku industri jasa keuangan mau tidak mau harus berlari dengan dorongan teknologi digital.
“Dari pengalaman 15 tahun kami, pada awalnya bank-bank melakukannya sendiri (transformasi digital). Punya server sendiri, dan lainnya, karena tuntutan regulator. Mereka harus menyiapkannya sendiri,” ujarnya kepada Infobanknews dalam acara Infobank Insurance Connect 2025 bertema “Strategic Planning for Enhancing Competitiveness through Service Management and Efficiency of Insurance Industry” di Rizt Carlton Jakarta, 20 Februari 2025.
Dia melanjutkan, bagi ‘pemain besar’ menyiapkan infrastuktur digital tersebut tentu bukan menjadi isu besar. Secara finansial mereka mampu. Namun, bagi perusahaan kalangan kelas menengah ke bawah, tentu jadi tantangan tersendiri.
Baca juga: Biaya Talenta IT Outsourcing vs Rekrut Karyawan, Mana Lebih Menguntungkan?
“Ini lah (transformasi digital) yang membuat mereka bertransformasi digitalisasi itu jadi burden. Mereka jadi ragu masuk digitalisasi dengan kompleksitas yang ada,” jelasnya.
Sebenarnya, kata Sutjahyo, kini banyak opsi atau alternatif dalam membantu perusahaan dalam menerapkan teknologi digital. Salah satu ‘jalan ninja’ yang efisien adalah memanfaatkan penyedia layanan digital. Mereka menawarkan solusi digital yang terintegrasi. Standar digitalisasi yang hadirkan pun sudah bertaraf internasional.
“Jadi, sekarang itu punya standar digitalisasi internasional seperti bank besar itu sudah gak susah,” tegasnya.
Di Fortress Data Services, kata Sutjahyo, menawarkan sejumlah solusi digital. Mulai dari manage service, data center, hingga core banking system. Dari layanan manage service, misalnya, Fortress Data Services sudah memiliki 45 pelanggan, yang berasal dari segmen perbankan.
“Kita sudah punya 45 bank yang menggunakan layanan manage service. Masalah SDM, proses yang kompleks kita bisa handle, tanpa perlu orang untuk memanage itu. Termasuk data base, mereka gak perlu bangun sendiri dan siber security-nya juga sudah pasti ada,” jelasnya.
Bidik Segmen Menengah ke Bawah
Fortress Data Services membidik segmen perusahaan jasa keuangan menengah ke bawah dalam memberikan solusi digital. Menurut Sutjahyo, populasi perusahaan di segmen tersebut diyakini akan terus berkembang, baik dari sektor perbankan, asuransi, ataupun multifinance.
“Kami melihat (transformasi digitalisasi) jadi hambatan bagi mereka (perusahaan kalangan menengah ke bawah). Di sinilah misi kami, agar institusi keuangan bisa masuk ke digitalisasi dengan solusi yang baik dalam waktu cepat dan harga yang terjangkau,” jelasnya.
Baca juga: Adaptasi Teknologi Kunci Melakukan Transformasi Digital
Sepanjang 2025, Sutjahyo menyakini bisnis penyedia layanan digital ini akan terus berkembang seiring dengan masifnya perkembangan teknologi. Apihaknya menargetkan pertumbunan bisnis mencapai 20 persen di tahun ini. Sejumlah jurus telah disiapkan untuk merealisasinya. Salah satunya dengan gencar melakukan awareness kepada industri akan pentingnya digitalisasi.
“Kami ingin ‘menyadarkan’ industri kalau layanan digitalisasi itu bisa di-outsource, jauh lebih efisien. Jangan jadikan digital itu burden, digital itu jadi alternatif untuk menang,” tutupnya. (*)