Jakarta – Biaya Talenta IT Outsourcing versus merekrut secara langsung (Direct Hire) menjadi pertimbangan penting bagi perusahaan yang tengah mencari solusi dalam mengisi kebutuhan tenaga ahli IT mereka.
Sebab, tugas tenaga ahli IT menjadi sangat vital dalam menjaga sistem keamanan perusahaan dan juga data nasabah dari serangan siber yang cukup marak beberapa tahun terakhir.
Direktur Operasional FDS-PAC Group Deddy Arisanto mengatakan, ada banyak faktor penyebab biaya siber security menguras budget besar. Salah satunya, membentuk tim IT dari awal.
Baca juga : Serangan Siber Berbasis AI Diprediksi Makin Masif, Fortinet Ingatkan Hal Ini
“Sebab, salah satu yang berat justru mencari talenta-talenta/tenaga ahlinya yang bisa membantu melakukan pemantauan dari siber security,” katanya dalam acara Infobank Multifinance Connect 2025 bertajuk “Improving Multifinance Industry Competitiveness through Service Management and Efficiency”, di Jakarta, Rabu (19/2).
Menurutnya, menggunakan jasa talenta IT outsourcing jauh lebih menguntungkan ketimbang harus merekrut karyawan secara langsung.
Sebab, dengan outsourcing, perusahaan hanya perlu membayar satu biaya jasa yang mencakup semua pengeluaran terkait biaya tools dan biaya resources.
Baca juga : Serangan Siber Makin Kompleks, Ini yang Harus Dilakukan Perbankan
“Saya juga mengalami sendiri. Kalau bikin tim IT sendiri itu 1-2 tahun belum tentu jadi. Sebelum jadi sudah kena serangan siber duluan,” bebernya.
“Merekrut tim IT sendiri juga jadi masalah. Selain mengeluarkan gaji karyawan, biaya tool IT juga tinggi. Kalau kita outsource ke pihak ketiga kan mereka sudah memiliki paket ekonomis yang jauh lebih murah,” tandasnya.
Diketahui, ancaman serangan siber di industri keuangan semakin kompleks dan sulit dideteksi. Makin beragamnya jenis serangan siber pun berpotensi menyebabkan kerugian besar.
Penulis buku “Keamanan Siber Bank” Roberto Akyuwen menekankan pentingnya bagi industri keuangan seperti bank untuk berinvestasi teknologi, khususnya keamanan siber.
Pasalnya, kata Roberto, intensitas serangan siber di sektor ini semakin masif dan menimbulkan kerugian yang sangat besar.
“Alasan utama yang mewajibkan bank untuk berinvestasi pada keamanan siber adalah meningkatnya kehilangan data serta akses yang tidak terotorisasi pada jaringan dan sistem bank,” jelas Roberto.
Ia berpesan, kepada industri jasa keuangan untuk memulai mengalokasikan sumber daya untuk keamanan siber. Sehingga, jika terjadi serangan siber bisa segera ditanggulangi oleh perbankan. (*)
Editor: Galih Pratama