Jakarta – PT Jababeka Tbk (Perseroan) mencatatkan laba bersihnya sebesar Rp71 miliar per September 2015, atau mengalami penurunan Rp310 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp381 miliar. Penurunan ini disebabkan rugi selisih kurs, yang berkisar Rp320 miliar pada 2015.
“Rugi selisih kurs itu adalah jumlah selisih bersih dari laba selisih kurs aktivitas operasi perusahaan dan laba nilai pasar atas kontrak lindung nilai terhadap rugi selisih kurs akibat revaluasi atas aktivitas pendanaan (pinjaman dalam mata uang Dolar AS) sebesar Rp593 miliar,” ujar Corporate Secretary Jababeka, Muljadi Suganda dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 10 November 2015.
Meski mengalami penurunan laba bersih akibat selisih kurs, namun perseroan telah melakukan lindung nilai berupa call spread sebesar US$200 juta dengan rata-rata rate bawah sebesar Rp13.014 dan rata rata spread Rp1.950 setara dengan rata-rata atas sebesar Rp 14.964. “Sebagai gambaran, sampai dengan September 2015 Rupiah telah terdepresiasi sebesar 20%, dan upaya lindung nilai ini telah terbukti mengurangi efek dari fluktuasi mata uang sampai dengan batas tertentu,” tukasnya.
Sementara dari sisi pendapatan, Jababeka mencatatkan sebesar Rp2,28 triliun per September 2015. Angka tersebut tumbuh 11% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014. Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kinerja pilar infrastruktur yang tumbuh sebesar 17% year-on-year (yoy). “Pendapatan pilar real estat/land development sedikit menurun, dengan kontribusi sebesar Rp795 miliar jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2014 sebesar Rp807miliar, sementara pilar leisure dan hospitality tumbuh 69% menjadi Rp80 miliar per September 2015,” ucap Muljadi.
Sementara pendapatan berulang/recurring revenue yang diperoleh Jababeka dari jasa layanan yang berhubungan dengan infrastruktur (pembangkit listrik, air, dan dry port) berkontribusi sebesar 62% terhadap total pendapatan konsolidasi Perseroan selama periode 9 bulan tahun 2015, dibandingkan 58% pada periode yang sama tahun 2014.
Pertumbuhan pada pilar infrastruktur ini merupakan penyebab utama penurunan marjin laba kotor konsolidasi menjadi 43% per September 2015, dibandingkan 45% di tahun sebelumnya. Meski memberikan pendapatan stabil dan arus kas yang terukur bagi Perseroan, pendapatan dari pilar infrastruktur mempunyai marjin laba kotor yang lebih rendah dibandingkan pilar real estat/land development. (*) Rezkiana Nisaputra
—-