Jakarta–Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini (22/2) diperkirakan akan melanjutkan tren depresiasi akibat maraknya sentimen negatif dari kondisi global maupun domestik.
“Maraknya sentimen negatif membuat laju Rupiah meninggalkan teritori positifnya, sehingga membuka peluang bagi Rupiah untuk berada pada tren pelemahan,” ujar analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam risetnya di Jakarta, Senin, 22 Februari 2016.
Menurutnya, para pelaku pasar akan cenderung menjauh dari pasar, namun NH Korindo tidak berharap kondisi tersebut berlangsung dalam waktu lama. Oleh sebab itu, pelaku pasar disarankan untuk dapat mencermati setiap sentimen yang berdampak pada laju rupiah.
“Laju Rupiah akan berada di level Rp13.566-Rp13.500,” tukas Reza.
Pada perdagangan sebelumnya, kata dia, laju Rupiah terhadap Dolar AS di pasar spot antar valas sempat melemah, sebelum berakhir stagnan. Euro, Poundsterling, SwissFranc menguat terhadap Dolar AS, sedangkan Yuan, Dolar Australia dan Dolar Canada melemah terhadap Dolar AS.
Lebih lanjut Reza mengungkapkan, bahwa pergerakan variatif Dolar AS tersebut telah memberikan sentimen negatif pada pergerakan Rupiah, sehingga laju Rupiah tidak banyak berubah dan tetap berada pada tren depresiasi.
Selain itu dia juga menyebutkan, sentimen dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) telah terlewati, namun tergantikan dengan sentimen pasar terkait pembatasan net interest margin (NIM) perbankan maksimal 4%.
“Sebelumnya, kami menyampaikan bahwa laju Rupiah diharapkan menguat terhadap Dolar AS, seiring dengan BI yang memutuskan untuk memangkas tingkat suku bunga,” tutup Reza. (*) Rezkiana Nisaputra