Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank) pada semester I 2016 membukukan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI-profit after tax & minority interest) sebesar Rp858 miliar. Angka ini melejit 121,2% jika dibandingkan dengan semester pertama 2015 yang sebesar Rp388 miliar.
Kinerja semester pertama 2016 Maybank terutama didukung oleh meningkatnya Pendapatan Bunga Bersih, pertumbuhan pendapatan non bunga, upaya pengelolaan biaya secara berkelanjutan dan pencapaian kinerja perbankan syariah.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria mengatakan, meskipun di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan, Maybank berhasil mencatat kinerja yang kuat dalam enam bulan pertama 2016. Kinerja yang kuat selama semester pertama 2016 merupakan bukti upaya kuat yang seluruh tim lakukan untuk mengejar pertumbuhan berkelanjutan dan menguntungkan.
“Kami melihat kondisi pasar yang penuh tantangan masih akan berlanjut hingga akhir tahun dan akan tetap selektif dalam mengembangkan portofolio kami dengan melakukan disiplin dalam melakukan pricing, baik kredit maupun likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis secara bertanggung jawab” ujar Taswin.
Taswin menambahkan, segmen Community Financial Services terus menjadi tulang punggung dalam menghasilkan pendapatan, upaya kami untuk melakukan re-profiling portofolio dan realigning bisnis telah mulai menunjukkan hasil yang positif dimana portofolio korporasi naik 7,2% pada enam bulan pertama 2016. “Kami siap untuk melihat pertumbuhan Perbankan Global lebih lanjut ke depan” imbuh dia.
Hingga Juni 2016, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) tercatat mencapai Rp3,6 triliun, naik sebesar 16,1% dibandingkan dengan Juni 2015 yang sebesar Rp3,1 triliun. Kenaikan ini didorong oleh kedisiplinan Perseroan dalam penetapan bunga pinjaman dan pengelolaan pendanaan secara aktif. Maybank juga mencatatkan peningkatan marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dari 4,73% pada Juni 2015 menjadi 5,01% pada Juni 2016.
Sementara itu, pendaptan non bunga tercatat naik sebesar 36,6% dari Rp1,1 triliun pada Juni 2015 menjadi Rp1,5 triliun pada Juni 2016. Kenaikan pendapatan non bunga diperoleh dari fee terkait dengan tresuri, fee bancasurrance, administrasi ritel, serta jasa lainnya.
Sepanjang semester I 2016, Perseroan terus mengelola biaya dengan baik melalui pelaksanaan Strategic Cost Management Program (SCMP) secara berkesinambungan dalam enam bulan pertama 2016 seperti tercermin dari biaya overhead yang hanya meningkat sebesar 6,3%. Upaya pengelolaan biaya Bank yang lebih baik telah memperbaiki cost-to-income ratio (CIR) yang turun menjadi 58,1% pada Juni 2016 dari 66,4% pada Juni 2015.
Sampai dengan Juni 2016, penyaluran kredit Maybank tumbuh sebesar 8,3% dari Rp108,5 triliun pada Juni 2015 menjadi Rp117,5 triliun pada Juni 2016. Community Financial Services (Perbankan Bisnis dan Perbankan Ritel-CFS) terus membukukan pertumbuhan kredit yang kuat, sementara Perbankan Global telah berhasil melakukan pemulihan dengan membukukan pertumbuhan yang positif pada kuartal kedua 2016. CFS membukukan pertumbuhan kredit 8,6% dari Rp87,1 triliun menjadi Rp94,6 trilun, sedangkan perbankan Global meningkat 7,2% menjadi Rp22,9 triliun pada Juni 2016 dari Rp21,4 triliun pada Juni 2015.
Sementara itu, kontribusi kredit dari Usaha Kecil dan Menengah ( UKM) tetap terkelola dengan sehat sebesar 23,33% dari total kredit Bank, melampaui target minimum yang ditetapkan pemerintah sebesar 20% pada 2018.
Total simpanan nasabah pada periode Juni 2016 tumbuh 6,5% dari Rp107,1 triliun pada Juni 2015 menjadi Rp114,1 triliun pada Juni 2016 dengan rasio CASA (Current Account Saving Account) mencapai 39,4%. Loan to Deposit Ratio (LDR), bank saja, terkelola dengan sehat sebesar 90,3% dan modified consolidated LDR (modified LDR-konsolidasian) pada 83,5%.
Maybank juga terus memperbarui sistem cash management, solusi finansial rantai pasok yang kuat, dan fasilitas mobile banking (berbasis internet) Maybank M2U yang juga memberikan kontribusi yang besar pada posisi likuditas yang meningkat.
Kenaikan kredit dibarengi oleh kualitas kredit yang terjaga. Hal itu tercermin dari terkendalinya Non Perfroming Loan (NPl) konsolidasi yang berada di level 3,7% (gross) dan 2,3% (net). Hal itu karena Perseroan tetap berhati-hati dengan kualitas kredit sehubungan beberapa bisnis yang masih terkena dampak perlambatan ekonomi saat ini.
Maybank juga terus menurunkan eksposur dari beberapa portofolio koporasi yang telah menyebabkan peningkatan NPL dan secara aktif melakukan restrukturisasi portofolio tersebut. Dengan langka ini, diharapakan terjadi perbaikan dalam beberapa bulan ke depan.(*)