Jakarta– Menurunnya kegiatan sektor riil di masa pandemi Covid-19 menyebabkan bank berhati-hati dalam mengucurkan kredit. Meski demikian, ada sejumlah sektor yang masih menarik untuk dilirik perbankan.
Ekonom senior dari Institute for development of Economic and Finance (Indef), Aviliani mengungkapkan, ada sejumlah sektor yang saat ini masih memiliki proespek menjanjikan untuk dibiayai perbankan, misalnya sektor pertambangan khususnya nikel yang menjadi bahan dasar energi listrik.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan bank terkait dengan pembiayaan adalah satu, sektor yang berpotensi ekspor; dua, sektor teknologi dan turunannya; tiga, sektor pangan; empat, sektor infrastruktur dengan basis yang bermanfaat bagi masyarakat seperti air bersih,” ujar Aviliani, dalam sebuah kuliah public melalui space twitter, 25 Agustus, 2021.
Pada kesempatan yang sama, Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Institute mengungkapkan bahwa seharusnya bank bisa create business. Menurutnya, belakangan ini banyak bank yang lebih memilih membeli SBN ketimbang mengucurkan kredit dengan risiko macet.
“Capital adequacy ratio (CAR) masih cukup tinggi, likuiditas masih mumpuni dan masih untung. Namun yang menjadi pertanyaan bagaimana peran perbankan sebagai lembaga intermediasi,” tambah Eko.
Berdasarkan pengamatannya, daya dorong kredit terhadap pertumbuhan ekonomi semakin mengecil. Bila melihat postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), daya dorong ekonomi lebih banyak dari belanja negara yang diperoleh dari utang.
“Prudential banking menjadikan bankir lebih berhati-hati dalam mengelola bisnis dan akhirnya berpengaruh pada penetrasi sektor perbankan,” tutupnya. (*) Dicky F. Maulana