Jakarta – PT Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 (Bumida) optimistis dapat bertumbuh pada tahun depan setelah berhasil mencetak laba (bruto) hingga Rp27,35 miliar pada September tahun ini.
Direktur Utama Bumida Ramli Forez menargetkan, perusahaan dapat mengantongi laba hingga Rp62 miliar dan premi hingga Rp622 miliar pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangan Bumida, per September 2022 Bumida berhasil mengantongi premi sebesar Rp250,84 miliar, atau naik dibandingkan posisi 2021 yang mencapai Rp226,811 miliar. Sementara, total laba perusahaan juga naik menjadi Rp27,35 miliar, dibandingkan capaian 2021 sebesar Rp14,02 miliar.
“Profit kita tercapai lebih dari 100% jauh di atas industri. Pencapaian premi pertumbuhannya jauh di atas industri, profit perusahaan juga tumbuh besar jauh di atas industri. Jadi, dua komponen ini yang digadang-gadang oleh hampir semua perusahaan, termasuk efisiensi. Ke depan kita harap, karena anggaran kita ini naik 100%,” kata Ramli kepada Infobank usai merayakan HUT ke-55 Bumida di The Sultan Hotel Jakarta, pada Sabtu (17/12).
Ramli menyebut, nantinya Bumida akan memperkuat pasar ritel dengan menambah agen perusahaan di kalangan pemerintahan, sekolah, dan perguruan tinggi, menggandeng pejabat, komunitas, dan keluarga pemerintahan di daerah. Strategi itu dinilai akan efektif dan dilakukan untuk menyiasati ketatnya persaingan di tahun depan.
Hingga saat ini, porsi ritel di perusahaan mencapai 30% dari seluruh portofolio, di mana pada 2019 hanya kurang dari 10%. Peningkatan ritel itu bukan tanpa alasan. Menurut Ramli, segmen ritel memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan korporasi, apalagi di situasi pandemi.
“Sekarang perbandingan ritel dan korporasi kurang lebih 60 banding 30. Memang kita masih didominasi korporasi dari dulu. Bukan kekeliruan sebenarnya, karena dulu saat mencari premi korporasi sekian puluh miliar begitu. Tapi melihat ancamannya, kalau saat itu batal, tidak di-renewal tahun depan maka itu goyang. Tapi kalau pasar ritel 100 orang belum bayar, masih ada ribuan lain yang bisa bayar,” sambungnya.
Ramli menegaskan, pasar ritel terbukti mampu menjadi kekuatan fundamental di bisnis asuransi umum. Dia mencontohkan, di saat ekonomi domestik tengah lesu dirundung Covid-19, masih banyak nasabah ritel yang rutin membayar, kendati secara nilai tidak sebesar korporasi. Di saat itu, banyak perusahaan asuransi yang mencatatkan kinerja pertumbuhan yang minus, sedangkan di satu sisi pendapatan Bumida justru melonjak. Namun demikian, meski perusahaan terus meningkatkan porsi ritel, bukan berarti Bumida meninggalkan korporasi. Sebab, nilai premi di segmen korporasi masih tergolong sangat besar.
“Tadinya kita minus sebelum Covid-19. Begitu Covid-19 kita langsung tumbuh karena kita curi start di situ. Orang lain karena memasarkan produk-produk yang mengarah ke korporasi, sedangkan korporasi lagi terimbas karena Covid-19 seperti pengurangan tenaga kerja dan sebagainya. Kita main di ritel dan akhir tahun tumbuh,” terangnya.
Untuk saat ini, lanjut Ramli, Bumida memiliki sekitar 1.700 agen. Jumlah itu akan ditingkatkan hingga lebih dari 2.000 agen pada tahun depan. Sementara, perusahaan akan fokus menggarap produk asuransi Siswakoe dan Mahasiswakoe, Liability Dokter, termasuk asuransi Jaminan Sosial Dalam Hubungan Kerja Diluar Jam Kerja (JSHK) Asuransi Kecelakaan Diri dan Kematian Dalam Hubungan Kerja Diluar Jam Kerja (AKDHK). Produk JSHK/AKDHK tersebut diakui Ramli masih menjadi primadona di perusahaan.
“Nah kalau [Porsinya] yang masih mendominasi itu vehicle, properti, JSHK/AKDHK, tenaga kerja, termasuk kargo. Kita lagi gencar sekarang kargo dari tambang nikel, bauksit, dan macam-macam. Tahun depan, kalau di Papua itu ada kargo, kedua Kalimantan,” imbuhnya.
Diketahui, pasar utama Bumida 55% masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Oleh karena itu, perusahaan akan mengakselerasi jumlah nasabah di daerah timur dan barat Indonesia. Sebagai upaya untuk menggenjot jumlah nasabah di daerah, Bumida akan mengembangkan jaringan di daerah.
Di acara HUT Bumida tersebut, Komisaris Utama sekaligus merangkap Komisaris Indepanden Bumida Wasinthon P. Sihombing meyakini bahwa perusahaan akan tetap mencatatkan kinerja yang baik dan bisa bertahan, kendati adanya ancaman resesi ekonomi. Proyeksi itu, kata dia, tidak terlepas dari perjalanan Bumida selama tiga tahun terakhir ini yang sanggup melaju di tengah badai krisis.
“Perhatikan di masa yang sulit seperti Covid-19, perusahaan asuransi yang lain itu agak terganggu, tapi Bumida masih tetap survive. Bahkan lebih tinggi dari perkembangan industri yang lain,” katanya.
Menurut dia, karyawan Bumida memiliki jiwa militansi dan kebersamaan, sehingga mampu menghadapi segala situasi yang buruk sekalipun. Adapun, Wasinton berjanji akan tetap memastikan perusahaan compliance terhadap aturan yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memastikan perusahaan akan menerapkan prinsip prudent/kehati-hatian yang dinamis.
Di kesempatan yang sama pula, Direktur Keuangan Bumida Y. Ronny Agandhi berharap, Bumida akan tetap sustain going concern dan mampu berkompetisi dan tetap memberikan capaian yang tumbuh seperti di tahun-tahun sebelumnya.
“Saya berharap perusahaan bisa menjadi benchmarking bagi teman-teman [perusahaan-perusahaan] yang se-level sama dengan kita. Bumida tetap eksis, kompetitif dan bisa menjadi top three di level perusahaan asuransi yang sama,” tutupnya.
Rencana Spin-off
Sejalan dengan rencana perluasan bisnis, Bumida memutuskan akan melakukan spin-off menjadi perusahaan asuransi syariah pada ada awal 2024. Ramli mengakui, Bumida telah diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bersiap hingga paruh kedua 2023.
“Kita tunjuk, project komisioner manager-nya sudah bekerja. Izin OJK sudah berjalan, izin pemegang saham juga oke. Ini sekarang kita prepare untuk menyiapkan spin-off itu. Persiapannya matangnya sudah berjalan di semester 2023. Nanti 2024 spin-off nya. Cuma OJK minta pertengahan 2023 kita sudah harus siap dengan nama PT Bumida Syariah,” ujarnya.
Ramli menjelaskan, aksi spin-off yang dilakukan Bumida akan menjadikan perusahaan memiliki badan hukum sendiri. Selanjutnya, perusahaan berencana akan membangun divisi broker, yang sebelumnya tidak ada.
“Baru kita mencoba bangun di awal tahun lalu, anggarannya cuma berapa miliar sekian, sudah hampir Rp30 miliar tahun depan premi broker. Berarti, lepas syariah, berdiri kita bangun broker. Broker bisa menutupi keuangan kita yang tadinya lari jadi modal ke syariah,” pungkasnya. (*) Ranu Arasyki