Jakarta – Harga saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) atau Tugu Insurance mengalami penguatan pada perdagangan hari ini (10/8) sebanyak 0,76 persen ke level Rp1.215 per saham atau naik 10 poin.
Berdasarkan statistik RTI Business, harga saham TUGU tersebut naik dari posisi Rp1.205 per saham pada penutupan sebelumnya dan sempat bergerak dalam rentang harga Rp1.205 hingga Rp1.225 per saham sebagai level tertingginya.
Kemudian, volume perdagangan saham yang diperdagangkan sebanyak 3,09 juta, dengan frekuensi perdagangan mencapai 635 kali, dan nilai transaksi tercatat Rp3,76 miliar.
Hal ini sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup melesat ke level 7.761,38 atau menguat 0,76 persen dari dibuka pada level 7.702,73. Posisi tersebut juga menjadi All Time High (ATH) baru bagi IHSG dari ATH sebelumnya pada level 7.721,84.
Baca juga: Simak! 10 Saham Top Leaders IHSG dalam Sepekan
Sebelumnya, para analis menyebut saham Tugu Insurance semakin dilirik oleh kalangan pelaku pasar, hal itu terlihat dari analis yang masih memberikan rekomendasi beli saham anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut.
Terbaru, analis BCA Sekuritas, Ryan Yani Santoso, dalam laporan risetnya memberikan rating buy untuk saham TUGU, dengan target harga untuk 12 bulan ke depan dipatok pada level Rp1.600 per saham. Sehingga, saham TUGU berpotensi memberikan return 40,4 persen apabila harganya menyentuh nilai wajar.
“Inisiasi Buy TUGU dengan target harga Rp1.600, 40 persen potensi upside plus dividend yield 6 persen atau setara dengan Price to Book Value (PBV) 0,61x tahun 2025,” tulis Ryan dalam risetnya dikutip, 5 September 2024.
Ryan juga menyebut terdapat empat katalis utama yang menjadi dasar dari rekomendasi tersebut, antara lain, potensi pertumbuhan industri, ketentuan permodalan minimal yang mendorong adanya aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A), kemampuan TUGU untuk mempertahankan rasio klaim lebih rendah dari industri, serta perusahaan yang konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham.
Selain itu, dengan masih rendahnya penetrasi asuransi non-jiwa di Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan sektor asuransi masih terbuka ke depan. Ia mencontohkan bahwa penetrasi asuransi non-jiwa di Indonesia berkisar 0,39-0,48 persen dari PDB atau lebih rendah dari Singapura dan Malaysia yang mencapai lebih dari 1 persen.
Di sisi lain, pertumbuhan premi TUGU dalam beberapa tahun terakhir juga mencapai 9,2 persen, dengan kinerja TUGU yang positif di tahun 2024, Ryan memperkirakan bahwa pertumbuhan aset TUGU bisa mencapai angka 9,1 persen melampaui pertumbuhan PDB nasional 5 persen.
Katalis lain yang terkait industri adalah ketentuan OJK untuk peningkatan modal minimal asuransi pada 2026 dan 2028. Menurutnya kebijakan ini akan mendorong konsolidasi industri. Perusahaan asuransi umum yang dibelakangi grup-grup besar dan memiliki modal yang kuat seperti TUGU akan diuntungkan.
Sementara sejumlah asuransi kecil akan cenderung melakukan aksi M&A untuk memenuhi ketentuan tersebut. Hal ini akan membuat lanskap kompetisi berubah dan persaingan akan menjadi lebih longgar (loose).
Selain dari sisi kebijakan ketentuan modal minimal, laporan tersebut juga menyinggung bahwa wacana kewajiban asuransi Third Party Liability (TPL) untuk kendaraan bermotor di tahun 2025 juga menjadi peluang lain yang dapat ditangkap oleh TUGU terutamanya bila pemerintah membetuk konsorsium asuransi.
“TUGU bersikap hati-hati dalam menilai dan menerima nasabah, tercermin dari rasio klaim yang lebih rendah dibandingkan dengan industri pada umumnya, full year 2023 sebesar 36 persen vs 44 persen,” imbuhnya.
Ia juga menambahkan bahwa TUGU memiliki kemampuan yang baik untuk mengidentifikasi dan memetakan risiko nasabah maupun suatu proyek yang membuatnya optimis bahwa rasio klaim perseroan dapat terjaga ke depan.
Baca juga: Tugu Insurance Catatkan Pendapatan Premi Asuransi Marine Hull Melesat 50 Persen per Juli 2024
Meskipun TUGU merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero), Ryan menilai bahwa bisnis TUGU tidak melulu bergantung pada induk. TUGU bahkan mampu mencari sumber pertumbuhan baru seperti dengan melakukan penetrasi segmen korporasi di BUMN lainnya maupun non BUMN, bahkan hingga ke segmen ritel yang diharap mencapai pangsa pasar lebih dari 10 persen dari total premi yang diperoleh.
Konsistensi TUGU dalam membagikan dividen ke pemegang saham dalam beberapa tahun terakhir dengan rasio payout 40 persen juga turut disorot oleh BCA Sekuritas sebagai salah satu bentuk memberikan nilai tambah ke pemegang saham sehingga menjadi saham yang layak investasi.
Selain BCA Sekuritas, beberapa analis lain juga turut memberikan rekomendasi beli saham TUGU seperti Shinhan Sekuritas dengan target harga Rp2.050, Kiwoom Sekuritas dengan patokan target harga Rp2.100, serta Trimegah Sekuritas dengan target Rp2.435. (*)
Editor: Galih Pratama