Jakarta – Pelemahan Rupiah yang terjadi pada hari lalu cukup mengejutkan beberapa pihak, dimana pada Senin pagi (23/4) terpantau Rupiah (IDR) sempat menyentuh angka Rp 13.921 per dollar AS atau melemah 0,13 persen dibandingkan dengan akhir pekan lalu pada 13.893.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan mengaku masih optimis terhadap perekonomian Indonesia. Dirinya menilai, pelemahan mata uang tersebut juga dialami oleh beberapa negara.
“Saya lihatnya pelemahan ini banyak di berbagai negara, saya lihat indeks dollar yang menguat. Bukan hanya rupiah yang melemah tapi beberapa mata uang negara lain juga,” kata Tigor pada RUPST CIMB Niaga di Graha CIMB Niaga Jakarta, Selasa 24 April 2018.
Dirinya juga menyebut, hal semacam ini merupakan hal yang biasa dan dinamis dimana setiap negara juga pernah mengalami hal tersebut. Tak hanya itu, dirinya menilai kondisi perekonomian nasional masih dikategorikan aman dan terkendali. Hal tersebut tercermin dari fundamental yang terjaga.
Baca juga: BI Jor-Joran Intervensi Rupiah yang Dekati Rp14.000 per Dolar AS
“Ini sangat dinamis, namun fundamental masih sangat baik, Moody’s sudah meningkatkan rating inflasi juga terjaga. Jadi fundamental masih terjaga. Fundamental masih kita lihat masih nyaman sebagai pengusaha,” tambah Tigor.
Sementara ditemui di tempat yang berbeda, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, pada saat ini ada beberapa faktor yang menyebabkan kurs rupiah melemah, yakni suku bunga, realisasi ekspor impor dan permintaan dollar AS.
“Kita enggak tahu nantinya seperti apa Fed arahnya. Artinya, paling tidak masih ada dua kali lagi. Jadi, kalau diantisipasi seperti itu, bunga USD pasti akan bergerak naik. Dolar AS akan mempengaruhi juga currency lain di Euro, Poundsterling, Yen, dan lainnya,” kata Jahja di Jakarta (23/4).
Jahja juga berharap agar regulator khususnya Bank Indonesia dapat mengantisipasi pelemahan rupiah tersebut dengan upaya kebijakan intervensi rupiah maupun kebijakan lain.(*)