Jakarta – Pemerintah memproyeksikan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16.100 per dolar Amerika Serikat (AS) di dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebutkan bahwa ditetapkannya nilai tukar Rp16.100 per dolar AS ini merupakan bentuk kehati-hatian pemerintah di tengah masih bergejolaknya perekonomian global.
“Itu kita bentuk kehati-hatian saja. Karena kita juga melihat dalam jangka pendek ini kan sebenarnya peluang untuk rupiah tetap menguat itu cukup besar,” ujar Febrio kepada wartawan di Kantor Pajak, dikutip 17 Agustus 2024.
Baca juga: Ekonom Proyeksi Pergerakan Rupiah pada Posisi 16.100 hingga Akhir 2024
Febrio menjelaskan terdapat potensi penguatan rupiah, karena pasar berekspektasi bahwa suku bunga acuan AS atau Fed Fund rate bakal dipangkas cukup besar.
Dia juga bilang disiplin fiskal Indonesia sangat baik, sehingga pasar atau investor akan melihat Indonesia sebagai negara yang aman untuk berinvestasi.
“Tadi kita tunjukkan juga dengan defisit yang 2,53 persen, itu adalah disiplin fiskal yang terus kita lanjutkan. Investor itu melihat bahwa Indonesia merupakan negara yang disiplin secara fiskal,” ungkapnya.
Baca juga: Rupiah Bakal Tertekan jika Trump Menang? Begini Kata Bos Citi
Lebih lanjut, kata Febrio, kepercayaan investor sudah cukup tinggi ke Indonesia. Hal ini tercermin dari aliran modal asing yang sudah masuk ke pasar domestik dalam satu hingga dua pekan belakangan.
“Sehingga kita juga bisa melihat rupiahnya cukup ke arah stabil ya. Dan juga suku bunga kita juga membaik. Kita tetap akan waspada untuk perkembangan ke depan,” ujar Febrio. (*)
Editor: Galih Pratama