Jakarta – Nilai tukar rupiah menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (10/9/2025). Rupiah dibuka pada level Rp16.466 per dolar Amerika Serikat (AS), atau menguat tipis 0,10 persen dibandingkan penutupan kemarin di Rp16.482 per dolar AS.
Pengamat Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, perpolitikan di Eropa memanas setelah Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou mengundurkan diri setelah kehilangan mosi kepercayaan di Majelis Nasional.
Selain itu, ketidakpastian politik di Jepang setelah pengunduran diri PM Shigeru Ishiba, dan prospek sanksi AS yang lebih ketat terhadap Rusia menyusul serangan mematikan Moskow terhadap Ukraina di akhir pekan, juga berkontribusi pada permintaan aset safe haven untuk emas Batangan.
Baca juga: JP Morgan Ramal Rupiah Menguat ke Rp16.100 per Dolar AS di Akhir 2025
“Kemudian, beberapa data menunjukkan penurunan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja AS. Yang paling menonjol adalah data penggajian nonpertanian, yang menunjukkan AS hampir tidak menciptakan lapangan kerja baru di bulan Agustus,” kata Ibrahim, Rabu, 10 September 2025.
Selanjutnya, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve AS pada pekan depan. Pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga 25 basis poin sebesar 89,4 persen. Suku bunga yang lebih rendah dinilai akan mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Beberapa pejabat The Fed memberi sinyal dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral akan terbuka terhadap penurunan suku bunga di tengah semakin banyaknya tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja.
“Namun, mereka juga menunjukkan kehati-hatian terhadap inflasi yang masih tinggi, terutama dalam menghadapi kenaikan harga akibat tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump,” tambahnya.
Ibrahim menjelaskan, data inflasi AS untuk Agustus 2025 akan dirilis minggu ini, dengan pasar mengamati kemungkinan kenaikan inflasi lebih lanjut, mengingat sebagian besar tarif Trump mulai berlaku bulan lalu.
Sentimen Pencopotan Sri Mulyani
Dari domestik, pencopotan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) memicu kekhawatiran investor global atas arah fiskal Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai pengganti Sri Mulyani ditunjuk Purbaya Yudhi Sadewa.
“Kabar mundurnya Sri Mulyani, sebenarnya sudah berembus dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya gejolak politik dan protes publik terkait fasilitas mewah anggota parlemen,” imbuhnya.
Ibrahim menyebutkan, Sri Mulyani adalah simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik maupun global. Beliau merupakan jangkar sentimen investor berkat pengalaman dan rekam jejaknya, berbagai krisis mulai dari anjloknya rupiah pada 2018 hingga pandemi Covid-19, selalu tampil sebagai figur yang menenangkan pasar.
Baca juga: BI Stabilkan Rupiah Pascademo, Target Bisa Menguat ke Rp16.300 per Dolar AS
“Oleh karena itu, kepergiannya kali ini dinilai berpotensi mengguncang kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia,” tandasnya.
Pasar langsung bereaksi negatif terhadap reshuffle tersebut. Terbukti arus keluar modal asing atau capital outflow dari saham mencapai USD254 juta hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar.
Sehingga, Ibrahim memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp16.480 hingga Rp.16.540 per dolar AS hari ini.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah dinrentang Rp16.480 hingga Rp.16.540 per dolar AS hari ini,” tukas Ibrahim. (*)
Editor: Galih Pratama









