Jakarta – Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto memproyeksikan nilai tukar rupiah masih akan berada di kisaran Rp16.800-Rp17.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Rupiah mungkin untuk sebulan ke depan setidaknya ya, karena agak sulit untuk saat ini masih ditahan di Rp16.800-Rp17.000 per dolar AS,” kata Rully dalam Media Day Mirae Asset, Kamis, 17 April 2025.
Rully menjelaskan Bank Indonesia (BI) saat ini harus mempertahankan nilai tukar rupiah paling tinggi sebesar Rp17.000 per dolar AS. Dengan begitu, pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate diprediksi masih akan ditahan untuk menjaga stabilitas rupiah.
Baca juga: Jaga Stabilitas Rupiah, BI Diproyeksi Akan Tahan Suku Bunga di Level 5,75 Persen
“Menurunkan (BI-Rate) akan lumayan risiko terhadap nilai tukar, BI saat ini harus bisa mempertahankan di level Rp17.000 per dolar AS, tapi kalau turun akan lebih tertekan lagi,” tandasnya.
Selain itu, cadangan devisa (cadev) Indonesia masih berada di level yang tinggi yakni USD157,1 miliar di akhir Maret 2025, sehingga kemampuan BI untuk melakukan intervensi cukup kuat.
Seperti diketahui, BI mengalokasikan USD2-3 miliar untuk melakukan intervensi pada April 2025. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar offshore (Non Deliverable Forward) guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.
Baca juga: Sri Mulyani Irit Bicara Ditanya soal Keyakinan Konsumen yang Menurun 3 Bulan Beruntun
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah telah terjadi di pasar offshore (NDF) di tengah libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446H. Intervensi di pasar offshore tersebut dilakukan BI secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.
“BI juga akan melakukan intervensi secara agresif di pasar domestik sejak awal pembukaan tanggal 8 April 2025 dengan intervensi di pasar valas (Spot dan DNDF) serta pembelian SBN di pasar sekunder,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin, 7 April 2025. (*)
Editor: Galih Pratama