Jakarta – Rupiah diproyeksikan akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat kekhawatiran terhadap meningkatnya tensi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS oleh kekhawatiran meningkatnya tensi perundingan damai Ukraina-Rusia,” kata Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, saat dihubungi, Rabu, 19 Februari 2025.
Di samping itu, Lukman menambahkan, data perekonomian Indonesia yang masih lemah turut memicu kekhawatiran terhadap prospek suku bunga pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) hari ini.
Baca juga: Bank Danamon Berharap BI Turunkan Suku Bunga Lagi di 2025
Lukman memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp16.250–Rp16.350 per dolar AS pada hari ini.
“Rupiah diperkirakan berpotensi melemah dengan kisaran Rp16.250-Rp16.350 per dolar AS,” ujarnya.
Baca juga: Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Pasar Alihkan Investasi ke Safe Haven
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyebutkan bahwa The Fed pada Rabu ini diperkirakan akan mengumumkan risalah rapat FOMC bulan Januari 2025.
Dalam rapat tersebut, The Fed memutuskan untuk mempertahankan Fed Funds Rate (FFR) meskipun terdapat indikasi kenaikan inflasi dan ketidakpastian akibat tarif yang diusulkan Presiden Trump.
Baca juga: Rupiah Diproyeksi Mengalami Tekanan Akibat Sentimen Tarif Trump
Lebih lanjut, The Fed mengungkapkan kekhawatiran terhadap sticky inflation dan peningkatan tarif perdagangan di bawah pemerintahan Trump sebagai titik ketidakpastian dalam perubahan kebijakan moneter.
“Angka inflasi yang kuat dari minggu lalu telah memperkuat gagasan ini, sementara Trump mengenakan tarif 25 persen pada semua impor baja dan aluminium,” kata Andry.
Andry memperkirakan rupiah akan berada di level Rp16.220 dan Rp16.312 per dolar AS pada hari ini.
“Rupiah terhadap dolar AS hari ini kemungkinan akan bergerak di sekitar Rp16.220 dan Rp16.312,” tambahnya. (*)
Editor: Yulian Saputra