Jakarta — Kekhawatiran pasar global terhadap pandemi virus corona atau COVID-19 nampaknya masih terus berlangsung sehingga membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) anjlok hingga mendekati level 16.100/US$.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada infobanknews bahkan mengatakan, rupiah berpotensi melemah mendekati level terendah sejak krisis moneter 1998.
“Pergerakan USD terhadap IDR hari ini masih berpotensi untuk naik mendekati level tertinggi Juni 1998 di 16.850/US$ dengan potensi support di kisaran 15.900/US$,” kata Ariston di Jakarta, Senin, 23 Maret 2020.
Ariston menyebut, tekanan rupiah mengikuti sentimen negatif yang membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini seperti indeks saham futures AS, indeks saham Australia, Nikkei dan Kospi yang bergerak negatif serta sebagian mata yang Asia yang melemah terhadap dollar AS.
“Kekhawatiran terhadap peningkatan penyebaran virus corona ditambah dengan stimulus pemerintah AS senilai US$1,3 triliun hingga US$2 triliun yang belum mencapai kata sepakat dengan senat AS, menjadi penyebab sentimen negatif tersebut,” jelas Ariston.
Sementara WHO masih terus melaporkan peningkatan kasus penularan wabah corona di dunia dengan kasus lebih dari 294 ribu positif virus corona di berbagai negara.
Sebagai informasi, pada perdagangan pagi hari ini (23/3) Kurs Rupiah berada di level Rp15.975/US$ posisi tersebut melemah bila dibandingkan pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (20/3) yang masih berada di level Rp15.960/US$.
Sedangkan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, (23/3) kurs rupiah berada pada posisi Rp16.608/ US$ atau terlihat terus melemah dari posisi Rp16.273/US$ pada perdagangan Jumat kemarin (20/3). (*)
Editor: Paulus Yoga