Lebih lanjut dia mengatakan, kondisi dollar index semakin anjlok di saat Trump meresmikan penarikan diri dari Trans-Pacific Partnership (TPP). “Mungkin ini pertanda bahwa Trump juga akan tidak menyukai dolar yang terlalu kuat,” ucapnya.
(Baca juga: Pemerintah Pantau Kebijakan Trump)
Di sisi lain, kata dia, penguatan rupiah yang terjadi juga dibarengi oleh turunnya yield SUN hingga Senin sore (23/1) meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih diwarnai oleh sentimen negatif.
“Ini mungkin berkaitan dengan prospek pertumbuhan yang mulai melambat akibat belanja pemerintah yang terhambat minimnya pendapatan serta dampak tularan dari kebijakan dagang AS terhadap Tiongkok, salah satu Negara tujuan ekspor utama Indonesia,” tutupnya. (*)
Editor: Paulus Yoga