Jakarta – Digitalisasi berdampak pada perilaku atau kebiasaan masyarakat Indonesia, termasuk dalam berbelanja. Pandemi COVID-19 memang mengakselerasi adopsi belanja online. Namun, belanja secara offline juga ternyata masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat.
Hal itu terungkap dalam riset perusahaan data dan insights Populix bertajuk “Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline”. Dalam riset ini, Populix mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi yang turut mempengaruhi perilaku belanja konsumen.
Indah Tanip, Head of Research Populix mengungkapkan, pasca pandemi, ada transformasi atau perubahan menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meskipun pandemi memicu lonjakan belanja online secara signifikan, temuan Populix menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi.
“Riset kami memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline, mengungkapkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam,“ jelas Indah dalam keterangan resmi, Kamis, 18 April 2024.
Baca juga: Optimisme Konsumen Meningkat di Maret 2024, Ini Faktor Pendorongnya
Riset Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yaitu sebelum, saat,dan setelah terjadinya pandemi. Hasilnya menunjukkan, dikarenakan faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54 persen dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung. Setelah pandemi berakhir, 49 persen di antaranya masih lebih sering belanja online.
Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemi berakhir mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline.
Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong tren belanja online maupun offline. Dari perspektif konsumen, kehadiran toko offline dan online bisa mengakomodasi
preferensi belanja yang beragam. Secara umum, mereka biasanya sudah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu.
Riset ini mengungkapkan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46 persen) dibeli secara online. Sedangkan kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34 persen) lebih banyak dibeli secara offline.
Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Melambat, Imbas Orang Kaya Ogah Belanja?
Selain itu, riset ini juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih melakukan pembelian baik secara online maupun offline. Belanja online dipilih karena lebih praktis (67 persen) dan mudah membandingkan harga (66 persen). Dua faktor itu menjadi pertimbangan utama konsumen berbelanja secara online.
Kemudian diikuti dengan alasan ketersediaan berbagai metode pembayaran (60 persen) di posisi ketiga. Kemudahan proses pengembalian barang (25 persen) juga menjadi salah satu alasan penting bagi konsumen untuk berbelanja online.
Sementara, tangibility (kesempatan memegang dan merasakan produk secara langsung (77 persen) dan tidak ada biaya pengiriman (66 persen), diikuti jarak toko yang dekat (62 persen) menjadi tiga alasan utama konsumen lebih suka belanja secara offline.
“Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang
sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” pungkas Indah. (*) Ari Astriawan