Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengaku akan merampungkan proses akuisisi bank kecil guna mendukung ekspansi bisnis digitalnya. Namun, proses akusisi akan mengerucut kepada satu nama bank kecil saja.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja setelah menghadiri Indonesia Knowledge Forum (IKF) VII 2018 yang bertema “Fostering Innovation and Creatlng Value Through Digital Transformation”. Dirinya menyebut Pengembangan usaha dan bisnis menjadi alasan utama BCA untuk segera menyelesaikan akuisisi yang sudah bergulir sejak beberapa tahun lalu.
“Tetap kita ada rencana untuk terus coba kembangkan digital ini. Sudah ada satu (bank) yang kelihatannya hampir mendekati tapi saya belum boleh publikasi karena masalah harga,” kata Jahja di Jakarta, Selasa 9 Oktober 2018.
Dirinya mengaku mendapat kendala mengenai harga yang akan disepakati oleh beberapa bank kecil oleh karena itu pihaknya memutuskan untuk hanya mengakusisi satu bank kecil saja. Jahja juga menyebut sudah melakukan komunikasi dengan regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara informal, mengenai niatan untuk pencaplokan bank tersebut.
“Harganya juga bank kecil minta harga yang kurang masuk akal jujur saja bilang. Saya gak bisa terlalu terbuka. Tapi target tetep dan saya lapor juga terus ke OJK. Minimal satulah (bank),” tambah Jahja.
Namun, ketika ditanya lebih dalam mengenai satu nama yang santer terdengar yakni bank saham milik Australian & New Zealand Banking (ANZ) di PT Bank Pan Indonesia Tbk (Panin Bank) tersebut dirinya menampik hal tersebut.
Sebelumnya, BCA telah merencanakan proses akusisi tersebut dari beberapa tahun lalu. Aksi korporasi tersebut awalnya akan diumumkan pada September 2018 namun terjadi keterlambatan. Perseroan sendiri sudah menganggarkan dana hingga Rp4,5 triliun untuk memuluskan aksi korporasinya tersebut.(*)