Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini, 1 September 2025 berakhir ditutup pada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.
Pelemahan tersebut mulai perlahan membaik dibandingkan pada awal perdagangan hari ini yang sempat mengalami penurunan sebanyak 3,37 persen ke level 7.566,84.
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, mengatakan koreksi yang cukup tajam pada IHSG tersebut mencerminkan kepanikan pasar yang lebih dipicu faktor domestik dibandingkan global.
“Investor menghadapi risiko kerugian bukan karena melemahnya fundamental ekonomi, tetapi akibat ketidakpastian politik yang semakin membesar,” ucap Hendra dalam keterangannya dikutip, 1 September 2025.
Baca juga: BEI Sebut Implementasi Short Selling Masih Tunggu Arahan OJK
Menurut Hendra, di tengah situasi sosial-politik yang kian memanas, wacana penutupan sementara perdagangan bursa saham layak dipertimbangkan Bursa Efek Indonesia (BEI).
“Jika bursa tetap dipaksa buka, aksi jual berlebihan atau panic selling bisa semakin dalam dan merugikan banyak investor, terutama ritel,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan penutupan bursa sementara dapat menjadi sinyal bahwa pemerintah serius menjaga stabilitas, sekaligus memberi waktu untuk meredam eskalasi politik dengan membuka dialog dan menuntaskan isu-isu fundamental seperti RUU Perampasan Aset.
“Tanpa langkah ini, risiko capital outflow akan semakin besar, rupiah makin tertekan, dan investor asing melihat Indonesia sebagai negara dengan risiko politik tinggi,” ujar Hendra.
Dari sisi investor, penutupan bursa justru berpeluang menjadi bentuk perlindungan agar tidak terbawa arus emosi pasar, dengan waktu jeda, mereka dapat mengevaluasi portofolio secara rasional, menimbang strategi, dan menunggu kepastian.
Baca juga: OJK Minta Investor Pasar Modal Tetap Percaya Diri di Tengah Dinamika Sosial Politik
Sementara secara teknikal ia menyoroti jika perdagangan tetap berlanjut, IHSG masih berpotensi kembali melemah menguji level psikologis 7.800. Apabila level ini mampu dipertahankan, peluang rebound jangka pendek tetap terbuka.
Namun, jika level 7.800 kembali tertembus, maka IHSG berisiko melanjutkan koreksi menuju support berikutnya di kisaran 7.648.
Nantinya, level tersebut akan menjadi penentu penting apakah pasar mampu bertahan atau justru semakin tertekan oleh aksi jual lanjutan.
“Dengan volatilitas yang tinggi, risiko bagi investor ritel semakin besar jika tidak ada jeda untuk menenangkan psikologis pasar,” jelasnya. (*)
Editor: Galih Pratama










