Rasio Kredit UMKM BRI Capai 84,4 Persen, Tembus Rp1.068,7 Triliun di 2023

Rasio Kredit UMKM BRI Capai 84,4 Persen, Tembus Rp1.068,7 Triliun di 2023

Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatatkan penyaluran kredit secara konsolidasi sebesar Rp1.266,4 triliun sepanjang 2023. Realisasi kredit tumbuh 11,2 persen, atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan nasional yang naik 10,4 persen.

Sebanyak Rp1.068,7 triliun atau setara 84,4 persen dari total kredit tersebut mengalir ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Seluruh segmen tumbuh positif. Mikro 10,9 persen menjadi Rp611,2T. Kecil dan Menengah Rp267,5 triliun. Konsumer naik 13,4 persen menjadi 190,0 triliun, dan korporasi mencapai Rp190,7 triliun. Sebesar 84,4 persen dari total kredit adalah kredit ke UMKM atau Rp1.068,7 triliun,” tutur Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan Tahun 2023 yang digelar daring, Rabu, 31 Januari 2024.

Baca juga: Cetak Rekor! Laba BRI 2023 Tembus Rp60,4 Triliun, Melesat 17,5 Persen

Ekspansi kredit BRI tidak lepas dari keberhasilan perseroan dalam mengakselerasi sumber pertumbuhan baru, terutama di segmen ultra mikro. Melalui Holding Ultra Mikro, perseroan berhasil mengintegrasikan 37,3 juta nasabah ultra mikro, sekaligus menurunkan jumlah masyarakat yang membutuhkan pembiayaan, namun belum bisa mengakses pembiayaan formal.

Berdasarkan data BRI Research Institute, pada 2023 bisnis UMi yang belum mendapatkan pembiayaan formal menurun dari 30 juta pada 2018, menjadi sekitar 14 juta. Rinciannya, di mana 3-6 juta di antaranya tidak terlayani, 4-5 juta lainnya mendapatkan pembiayaan dari teman atau keluarga, dan 3-5 juta lainnya dari loan shark atau rentenir.

Pertumbuhan kredit BRI juga dibarengi dengan perbaikan kualitas aset. Rasio non performing loan (NPL) terjaga di posisi 2,95 persen. Sunarso menegaskan, perseroan juga melakukan mitigasi risiko dengan memadai. Ini tergambar dari coverage NPL yang mencapai 229,09 persen.

“Ini lebih dari cukup. Lebih dari dua kali NPL kita sudah sediakan cadangan. Kalau terjadi apa-apa, kita bisa lakukan sesuatu. Apakah itu direstrukturisasi atau hapus buku, cadangannya sudah disediakan. Loan at risk (LAR) juga turun menjadi 13,8 persen. Angka ini turun signifikan dibandingkan posisi tertinggi saat pandemi pada September 2020 yang mencapai 19,8 persen. Kemampuan BRI dalam mengelola NPL bagus, di bawah 3 persen. Risk management dijalankan dengan baik, apalagi mengingat mayoritas portofolio kami di segmen UMKM,” papar Sunarso.

Baca juga: Kredit Tumbuh 7,6 Persen, Pembiayaan Hijau BNI Ikut Meroket 67,9 Triliun di 2023

Adapun dari sisi likuiditas, BRI menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.358,3 triliun, atau naik 3,9 persen secara tahunan. Struktur DPK didominasi dana murah (CASA), dengan porsi 64,4 persen.

Sunarso mengatakan, DPK yang hanya tumbuh 3,9 persen adalah wajar mengingat berbagai tantangan likuiditas yang terjadi sepanjang 2023. Untuk menopang laju kredit yang naik hingga 11,2 persen, perseroan pun menggunakan berbagai resources lain.

Sebagai informasi, tahun lalu BRI kembali mencetak rekor dari sisi pertumbuhan laba. Perolehan laba bersih bank “Raja Kredit UMKM” ini tembus Rp60,4 triliun, tumbuh 17,5 persen. Sedangkan total asetnya mengembang 5,3 persen menjadi Rp1.965 triliun. (*) Ari Astriawan

Related Posts

News Update

Top News