New York – Kuartal ketiga tahun ini sejatinya menjadi situasi yang cukup kondusif bagi industri perbankan di AS. Sebagia besar bank-bank besar ini membukukan kenaikan pendapatan pada periode ini. Tetapi tidak dengan Wells Fargo.
Bank dari San Francisco, California ini melaporkan penurunan sebesar 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tidak hanya pendapatannya menurun, pendapatan per sahamnya juga turun dari US$ 1,03 pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi US$ 0,84 pada kuartal ketiga tahun ini.
Padahal, enam bank besar lainnya, seperti US Bank, Morgan Stanley, JP Morgan Chase, Citigroup, Goldman Sachs. dan Bank of America mencatatkan kenaikan. US Bank yang dipimpin oleh CEO Baru, Andy Cecere membukukan kenaikan pendapatan tertinggi sebesar 4,1%. Morgan Stanley juga mencatatkan kenaikan sebesar 3,2%. Selanjutnya, JP Morgan Chase dan Citigroup mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 2,6% dan 2,3%. Sementara Goldman Sachs dan Bank of Amerika naik masing-masing 1,9% dan 0,9%.
Hanya Wells Fargo yang berada di ujung spektrum. Bank dengan aset terbesar ketiga di negara ini telah dikepung masalah sejak September 2016. Saat itu, Biro Perlindungan Keuangan Konsumen AS mengungkapkan bahwa ribuan karyawan di seluruh jaringan cabang Wells Fargo yang ekspansif telah menciptakan jutaan akun palsu untuk pelanggan dalam upaya memenuhi kuota penjualan.
Wells Fargo tercatat telah telah mengeluarkan ratusan juta dolar denda. Ditambah lagi, bank ini juga harus melakukan penyelidikan internal dan memusatkan sumber daya untuk memperbaiki reputasi bank.
Disisi lain, Wells Fargo harus mendapat tekanan karena langkah-langkah bank menjauh dari fokusnya, yakni menawarkan produk keuangan cross-selling, seperti checking dan kartu kredit. Hal ini menyebabkan pembukaan rekening giro dan aplikasi kartu kredit baru turun drastis lebih dari 40% tahun lalu.
Klien institusional yang lebih besar, dalam beberapa kasus, juga mengambil bisnis Wells Fargo. Baru-baru ini, Negara Bagian California memperpanjang larangan penggunaan Wells Fargo sebagai institusi dalam penerbitan obligasi daerah.
Blommberg News menyebutkan, skandal di Wells Fargo memicu beberapa pejabat publik di New York, Washington dan Illinois untuk memutuskan hubungan dengan bank tersebut. Chief Financial Officer John Shrewsberry sebelumnya mengatakan bahwa tindakan tersebut telah membebani pendapatan hingga puluhan juta dolar.
Bisa dikatakan, ini merupakan 13 bulan yang sulit untuk Wells Fargo. Menurunnya pendapatan bank baru-baru ini menunjukkan masih berlanjutnya ketegangan di bank ini.(*)