Jakarta – PT Rabobank berhasil melaksanakan transformasi bisnis menjadi fokus pada bisnis food and agriculture. Transformasi yang dilakukannya tahun lalu membawa berkah karena berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Hingga Juni 2016, perusahaan yang dipimpin oleh Martijn Herman Schouten ini menyulap laba bersihnya menjadi Rp171,60 miliar dari rugi sebesar Rp355,99 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Apa rahasianya? Berikut penuturan Heradian Yoto, Direktur Liabilities Rabobank kepada Infobanknews.com. Petikannya:
Ada perubahan strategi bisnis di Rabobank, bisa dijelaskan?
Kami melakukan transformasi bisnis, mulai tahun lalu kami mulai fokuskan hanya ke sektor food and agri. Hal itu dilatarbelakangi oleh kekuatan induk yang memang di sektor tersebut. Karenanya diawal-awal kami lakukan pembenahan, ada pengurangan cabang dan kami konsentrasi pada cabang yang memang ada potensi food dan agri di daerah tersebut.Kami juga menggeser portofolio, untuk wholesales sekarang 100% sudah ke sektor tersebut. Khusus untuk kredit ke sektor food and agri, pertumbuhan kreditnya bisa mencapai double digit bila dibandingkan dengan awal tahun.
Sektor mana saja yang menjadi fokus?
Diantaranya, gandum, kopi, coklat, peternakan, perikanan, dan lainnya.
Sektor tersebut risikonya tinggi?
Ya memang banyak tantangan, kami harus mampu memitigasi risiko. Karenanya, kami lakukan perubahan pada sumber daya manusia, people-nya, dimana diisi dengan mereka yang ahli dan kompetensinya di sektor pertanian, perkebunan dan juga peternakan. Kami memiliki tim riset khusus untuk mengetahui potensi, risiko, dan tren perkembangan sektor food dan agri. Kami sharing riset kami dengan klien. Kami juga lakukan pendampingan sehingga produksinya bisa meningkat. Program tersebut kami lakukan melalui Rabobank Foundation.
Lakukan pendampingan, setelah bankable baru dikucuri kredit?
Ya, kami lakukan dulu pendampingan, hasil produksinya meningkat. Setelah itu, kami penuhi kebutuhannya, apabila membutuhkan kredit kami berikan.
Berapa lama biasanya waktu yang dibutuhkan untuk mereka menjadi bankable?
Tidak sama, kami lakukan program ini tidak orang per orang, tetapi masuk melalui koperasi. Biasanya rata-rata waktu yang dibutuhkan rata-rata sekitar 3-5 tahun hingga bisa bankable.
Artinya menjalin kerjasama dengan koperasi-koperasi?
Ya, kami telah bekerja sama dengan 29 koperasi, dan ini akan bertambah terus jumlahnya.
Daerah mana saja yang dibidik?
Untuk saat ini ada beberapa daerah, Jawa, Sumatra, Palembang, Lampung, Pekanbaru, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat.
Saat ini tengah didorong asuransi pertanian, ada rencana untuk kerjasama dengan asuransi untuk mitigasi risiko?
Kami sudah mengkaji itu juga, hanya kami masih menghitung, menguntungkan atau tidak bagi nasabah, masih mencari scheme yang tepat ya.
Targetnya dengan melakukan tranformasi ini?
Belum ada target angka, tetapi intinya, kami ingin menjadi bank yang terdepan untuk sektor food and agriculture. (*)
(Simak wawancara lengkapnya di Majalah Infobank yang terbit awal September 2016 mendatang)