DUNIA sudah berubah. Saat ini memasuki era sociental 5.0 dimana masyarakat berbasis teknologi. Kehidupan konsumen sangat erat dengan penggunaan teknologi. Teknologi menentukan perilaku konsumen. Untuk itu digitalisasi menjadi kunci keberhasilan UMKM untuk menaikan daya saing sekaligus eksis di pasar global.
Demikian kesimpulan dalam Pidato Pwngukuhan Guru Besar Prof Dr Sri Hartini, SE, Msi di Universitas Airlangga Surabaya, 28 Desember 2022 yang bertajuk “Digitalisasi Dalam Pengembangan Bisnis pada UMKM.”
Menurut Sri Hartini, UMKM mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Di Indonesia UMKM berkontribusi 99 persen dari total kegiatan bisnis dan 97 persen berkontribusi pada lapangan kerja,”Sehingga pemberdayaan UMKM menjadi kunci keberhasilan dalam perekonomian global,” kata Sri Hartini
Lebih lanjut, Sri Hartini menekankan, saat ini kehidupan masyarakat sudah berbasis teknologi.
Pada era ini, teknologi menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia menjadi bagian dari kehidupan manusia sendiri.”Masyarakat diharapkan mampu memanfaatkan berbagai inovasi dan perkembangan teknologi,” lanjut Sri Hartini yang merupakan guru besar bidang strategi pemasaran.
Sri Hartini merupakan Guru Besar ke 31 dari FEB. Unair dan profesor ke 564 sejak Unair berdiri.
Menurut Sri Hartini, teknologi menentukan perilaku konsumen, seperti perilaku dalam pencarian informasi produk atau jasa dan perilaku konsumsi masyarakat. UMKM perlu menyusun strategi bisnis yang sesuai dengan perilaku konsumen di era Sociental 5.0.”Untuk itu, UMKM harus ramah dasm penggunaan teknologi apabila ingin tetap eksis pada era ini. Dengan demikian digitalisasi UMKM bukan lagi menjadi pilihan, melainkan keharusan,” tegas Sri Hartini yang Alumni SMA Negeri Cepu, Jawa Tengah.
Sri Hartini yakin, digitalisasi menjadi kunci keberhasilan UMKM untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Lebih jauh, ditekankan, menggunakan peringkat digital, informasi produk atau jasa UMKM akan lebih mudah diakses di banyak belakahan dunia. Saat ini, sebuah hasil riset, hanya 20 persen UMKM yang paham digital.”Rendahnya digitalisasi UMKM itu, selain karena kurangnya kemampuan sumber daya manusia, hal ini juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan financial dari UMKM tersebut,” kata Sri Hartini yang lahir di Cepu.
Kendala dalam proses digitalisasi ini, menurut Sri Hartini, tidak hanya pada masalah kemampuan UMKM untuk membeli atau menggunakan teknologi baru. Namun, komitmen dan kejujuran dari seluruh dari pihak berkepentingan terkait digitalisasi ini juga menjadi hal penting dalam proses transformasi digital.
Digital marketing merupakan bagian dari digital busines. Sementara digital marketing adalah strategi untuk mendapatkan konsumen dengan memanfaatkan berbagai perangkat elektronik dan internet.
Di masa pandemi COVID-19 tahun 2020-2021 bisnis online berkambang dan mencapai masa puncaknya. Namun ketika pandemi menjadi endemic, sehingga efek pandemic darling sudah mulai menghilang. “Ketika masa pandemi sudah selesai, tidak semua orang akan kembali pada perilaku lama seperti belanja offline, sehingga akan tercapai keseimbangan baru antara pembelian online dan pembelian offline,” kata Sri Hartini.
Akhirnya, Sri Hartini menyimpulkan, UMKM harus menyesuaikan strategi bisnisnya dengan perubahan lingkungan pada era societal 5.0 yang mana konsumen tidak lepas dari teknologi.”Dengan demikian, strategi bisnis, khususnya strategi pemasaran UMKM harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Digitalisasi tak hanya menjadi “kuda-kuda” untuk bertahan tapi sekaligus untuk menjadi besar. “Digitalisasi UMKM bukan merupakan pilihan, tapi menjadi kewajiban untuk bisa eksis di pasar global,” kata Sri Hartini dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga, Surabaya.
Sri Hartini, lahir di Cepu, Jawa Tengah. Alumni FE Jurusan Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang dan menjadi dosen tetap FEB Unair. Tahun 2000 lulus Magister Sains Program Studi Ilmu Manajemen, Unair dan menyandang doktor tahun 2008 di Universitas Airlangga.