Jakarta – Serangan invasi Rusia ke Ukraina di sebut menjadi menyebab melonjaknya harga naik. Namun, sebelumnya, harga minyak sendiri sejatimya sudah merangkak sebelum terjadi invasi, yang disebabkan oleh berkurangnya kapasitas kilang yang memadai untuk memproses minyak mentah menjadi bensin dan solar untuk memenuhi permintaan global yang tinggi.
Produksi minyak dunia diperkirakan berkurang 20% dari yang seharusnya bisa di produksi. Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA), biasanya, kapasitas kilang cukup untuk mengolah sekitar 100 juta barel minyak per hari. Namun, produksi terhambat lantaran beberapa negara pengolah minyak kekurangan investasi untuk memproduksi sesuai dengan kapasitas yang ada. Seperti dikutip dari VOA Indonesia, minyak yang diolah hanya mencapai 82 juta barel per hari dari kapasitas 100 juta barel perhari.
Secara keseluruhan, industri kilang minyak dunia kehilangan sekitar 3,3 jutra barel kapasitas penyulingan harian sejak 2020 lalu. Awalnya, terjadi penurunan permintaan BBM di awal pandemi sebagai akibat diberlakukannya lockdown di sejumlah negara. Penurunan ini adalah yang pertama kalinya terjadi dalam tiga dekade terakhir.
Pada April lalu misalnya, produksi minyak mentah mencapai 78 juta barel per hari, atau menurun dari 82 juta barel per hari saat sebelum pandemi. Beberapa negara seperti AS, China, Rusia, dan Eropa menurunkan produksinya saat pandemi melanda. Industri pengilangan AS bahkan sempat menghentikan produksi hampir satu juta barel per hari sejak 2019. Demikian juga dengan Rusia. Seperti dikutip dari Reuters, negara yang saat ini tengah berkonflik dengan Ukraina ini juga menurunkan kapasitas penyulingannya hingga 30% dari kapasitas yang dimilikinya.
Selain AS dan Rusia, China yang memiliki kapasitas penyulingan cadangan paling banyak juga menurunkan produksinya. Di negara ini, keluar ketentuan bahwa ekspor produk olahan hanya diperbolehkan di bawah kuota resmi, dan terutama diberikan kepada perusahaan kilang milik negara yang besar.
Kelangkaaan minyak yang berlanjut inilah yang membuat harga minyak terus meroket. Di sisi lain, permintaan global akan BBM kini justru kembali meningkat. Kelangkaan BBM ini telah memicu lonjakan harga ke level tertinggi dalam sejarah dengan kisaran margin mendekati US$60 per barel.
Dengan hidupnya kembali aktifitas pasca covid, diperkirakan kapasitas penyuliangan global akan kembali naik sebesar 1juta barel per hari pada 2022, dan 1,6 juta barel per hari pada 2023 mendatang.(*)